Showing posts with label Teknik Sipil. Show all posts
Showing posts with label Teknik Sipil. Show all posts

Penjelasan Trase Jalan Raya


Trase jalan raya adalah garis tengah atau sumbu jalan yang merupakan garis lurus yang saling terhubung pada peta topografi dan merupakan garis acuan dalam penentuan tinggi muka tanah dasar dalam perencanaan jalan baru. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggambarkan trase jalan, yaitu:

1. Trase jalan untuk perencanaan jalan baru setidaknya digambarkan dengan jarak alternatif terpendek yang memungkinkan. Hal ini dimaksudkan agar biaya pengerjaan akan dapat diminimalisir. Namun sebaiknya para perencana dapat mengetahui kondisi atau situasi lapangan sesungguhnya bukan hanya dari peta topografi saja, karena lebih baik kita sebagai perencana juga memikirkan aspek lingkungan.

2. Trase jalan diusahakan tidak tegak lurus dengan garis transis atau kontur di peta topografi, bila garis trase tegak lurus dengan garis transis, maka jalan yang akan memiliki kemiringan memanjang yang besar (baik menanjak atau menurun). Namun, bila perencanaan trase jalan juga memaksa memotong tegak lurus garis transis, hendaknya kemiringan memanjang tidak melebihi 5% (sebagian literatur menuliskan 10%) dari jarak atau panjang jalan rencana di antara dua garis transis atau kontur.

3. Pada perencanaan tikungan, hendaknya menggambarkan besaran sudut luar (β) tikungan tidak terlalu besar. Terdapat beberapa kategori untuk besaran sudut luar (β) untuk tikungan, yaitu: Full Circle (dengan nilai (β) < 20 derajat);Spiral-Circle-Spiral(dengan nilai (β) >20 derajat hingga < 90 derajat), dan Spiral-Spiral (dengan nilai (β) > 90 derajat). Untuk kenyamanan berkendara nantinya, sebaiknya tikungan Spiral-Spiral kecuali keadaan sangat memaksa.

4. Penentuan kecepatan rencana pada jalan yang akan dibuat juga menjadi acuan untuk merencanakan trase jalan beserta tikungan-tikungannya. Semakin besar kecepatan rencana yang direncanakan, maka sudut luar (β) yang direncakan semakin kecil.

5. Penentuan letak titik kritis pada trase, sebaiknya dipilih pada garis transis yang memiliki tinggi muka tanah signifikan (pada saat jalan saat menanjak dan tiba-tiba menurun).

6. Ketika merencanakan tinggi muka jalan, banyaknya tanah dasar yang dibuang (Cut) dan keperluan tanah timbun (Fill) sebaiknya berimbang, karena bila jenis dan kondisi tanah Cut baik, maka tanah Cut dapat digunakan sebagai tanah Fill nantinya. Namun bila sepanjang trase jalan lapisan muka tanah merupakan tanah humus, maka tanah humus wajib dibuang melalui Clearing dan Stripping. 

Untuk penggunaan tanah Fill sebaiknya digunakan material yang baik karena untuk membuat daya dukung tanah yang baik nantinya. Bila tidak terdapat material atau gradasi material yang disyaratkan, maka penggunaan geotextile menjadi alternatif pilihan setelah dilakukan pemadatan subgrade tanah timbun.

Mengapa Susunan Batu Bata Tidak Lurus?

Pernahkah kamu memperhatikan bangunan gedung atau rumah-rumah di sekitarmu? Apakah kamu pernah melihat gedung atau rumah yang sedang dibangun? 

Nah, kamu mungkin pernah melihat para pekerja bangunan sedang menyusun batu bata tetapi mereka tidak menyusunnya lurus dengan batu bata yang di bawah dan di atas. Kira-kira, apa ya, alasannya?


Batu bata tidak disusun lurus dengan batu bata yang ada di bawah dan di atasnya karena kalau susunannya lurus, gedung/rumah itu akan mudah roboh. Selain itu susunan batu batapun tidak boleh berurutan antara susunan di atasnya atau di bawahnya, tetapi selang-seling. 

Batu bata tidak disusun lurus agar masing-masing batu bata dapat mendukung batu bata yang ada di atasnya, dan di sebelahnya. Mendukung dengan apa? Dengan gaya dorong dan gaya tekan yang dikeluarkan oleh masing-masing batu bata. 


Seandainya susunan batu bata hanya ditumpuk berjajar, seragam atau asal tumpuk, maka tumpukan batu bata akan mudah goyah walau hanya disentuh sedikit saja. Jika disusun tanpa pola pun tumpukan batu bata juga tidak akan mampu tersusun tingginya lebih dari satu meter. 


Sumber :

Arsitek vs Teknik Sipil, Antara Imajinasi dan Hitungan





Arsitek VS teknik sipil siapa yang lebih baik? membandingkan keduanya ibarat mencari kebaikan antara imajinasi dan hitungan, tentu saja keduanya mempunyai fungsi dan kegunaan masing-masing. Namun bagi masyarakat umum mungkin menjawab arsitek yang lebih baik karena kata tersebut sudah menjadi semacam merk brand yang menggambarkan sebuah profesi ahli dalam bidang bangunan, sehingga ada gambaran bahwa untuk mewujudkan bangunan hanya butuh Arsitek saja, hal ini bisa jadi benar ketika bangunan yang dibangun hanya bangunan sederhana dengan bentuk dan penggunaan material standar. beda lagi jika bentuk bangunan aneh sebagai hasil imajinasi arsitek maupun pemilik rumah, akan sangat beresiko fatal jika tidak melibatkan teknik sipil didalamnya. bayangkan saja membangun rumah indah tetapi roboh begitu saja.

Perbandingan Arsitek VS Teknik Sipil
No Arsitek Teknik sipil
1 Menciptakan bentuk bangunan yang indah Menghitung struktur bangunan yang kuat
2 Memilih warna dan teksture material sesuai konsep bangunan. Memilih jenis material yang bagus tapi murah
3 Fokus pada perencanaan gambar bangunan Fokus pada perencananaan perhitungan kekuatan bangunan
4 Membuat gambar detail bangunan Mengatur manajemen pelaksanaan pembangunan.
5 Menentukan spesifikasi rencana bangunan Memilih metode pelaksanaan bangunan paling cepat dan hemat.
6 Mempertahankan bentuk gambar bangunan yang sudah dibuat. Menyesuaikan gambar perencanaan dengan kondisi nyata dilapangan.
7 Pada bangku kuliah lebih banyak mempelajari gambar bangunan, menggali keinginan owner, dan cara mempresentasikan agar ide desain diterima. Pada bangku kuliah lebih banyak mempelajari perhitungan struktur bangunan,perhitungan rencana anggaran biaya bangunan serta manajemen pelaksanaan bangunan
8 Ingin bangunan Indah dan menarik Ingin bangunan Kuat dan murah

Jika kita lihat perbandingan teknik sipil vs arsitektur diatas maka seringkali ada pertentangan dalam proses kerja, misalnya seorang arsitek sudah capek membuat gambar suatu bentuk bangunan indah ternyata setelah dihitung oleh seorang teknik sipil ternyata bentuk tersebut tidak bisa diwujudkan karena bisa roboh, begitu juga sebaliknya seorang teknik sipil bisa jadi menemukan metode kerja dan pemilihan material yang bagus dan murah namun dalam pandangan arsitek bisa jadi hal tersebut kurang indah dan menarik, jadi diperlukan kerjasama yang baik antara arsitek dan teknik sipil dalam merencanakan bangunan.

Kesimpulanya adalah antara arsitek dan teknik sipil sama baiknya, yang terbaik adalah jika mempunyai kemampuan keduanya sehingga selain dapat berimajinasi menciptakan bangunan indah juga dapat merencanakan perhitungan strukturnya, kalaupun tidak sanggup menguasai kedua ilmu tersebut maka diperlakukan kerjasama antara seorang Arsitek dan Teknik sipil untuk mewujudkan bangunan yang Kuat, Indah serta murah. (sumber: ilmusipil.com)