Prestasi PSAP Sigli di kancah Kompetisi Liga Indonesia Super League (ISL) musim 2011-2012 belum memenuhi “birahi” pencintanya. Dalam enam kali bertanding, anak-anak Sigli ini hanya mengantongi dua point hasil seri dengan Persib Bandung dan Persiwa Wamena, Papua. Selebihnya, PSAP harus menjadi lumbung point bagi tim-tim lain. Yakni, dibekuk Persisam Samarinda (3-2), Mitra Kukar (2-1), dipermalukan ...Pelita Jaya, (5-2), dan Persipura Jayapura (1-0).
Yang menyakitkan, kekalahan-kekalahan itu ada yang terjadi di hadapan publiknya sendiri. Padahal, Stadion Kuta Asan yang baru direnovasi menyambut kompetisi ini, dulunya adalah dikenal sebagai “ladang pembantaian” bagi tim-tim tamu PSAP. Namun, catatan kegemilangan dan kewibawaan PSAP di Stadion Kuta Asan kini menjadi sirna. Dan, publik PSAP hampir setiap usai pertandingan timnya harus urut dada dan pulang dengan wajah merunduk.
Kekalahan itu memang menyakitkan tidak hanya bagi pelatih dan pemain, namun juga bagi pencinta PSAP. Dan, kekalahan demi kekalahan tim Kota Sigli itu telah menjadi gunjingan publik, termasuk yang tak pernah nonton PSAP bertanding. Wajar-wajar saja, kan?
Tapi, seorang motivator profesional mengatakan, “Pecundang tak tahu apa yang akan dilakukannya bila kalah, tetapi ia tahu sesumbar apa yang akan dilakukan bila menang. Sedangkan, pemenang tidak berbicara apa yang akan dilakukannya bila ia menang, tetapi tahu apa yang akan dilakukannya bila kalah.”
Jadi, antara lain kita diingatkan untuk mengambil sikap yang benar atas setiap kekalahan, termasuk yang kalah bertubi-tubi. Sebab, bila kita bersikap benar dalam menerima kekalahan, maka akan menjadikan kekalahan sebagai kesempatan untuk maju. Namun, sebaliknya, jika salah bersikap dalam menerima kekalahan malah semakin membuat terpuruk dalam kemalangan. Itu semua adalah bagaimana menyikapi kekalahan.
Si motivator mengingatkan, “Berilah makna pada setiap kekalahan, dan transformasikan menjadi sesuatu yang lebih berharga. Pertumbuhan seharusnya adalah proses merespon setiap masalah, kesulitan, kekalahan, dan perubahan secara positif. Evaluasi kekalahan, kemudian lakukan perubahan melalui cara-cara yang lebih baik untuk meraih kemenangan. Persiapkan diri menghadapi masa depan yang lebih berarti. Bukankah mempersiapkan diri dari sekarang akan lebih baik dari pada hanya menunggu datangnya masa-masa yang lebih sulit? Teruslah berjuang untuk meraih kemenangan.”
Ya, kita sangat memahami, bahwa secara psikis, kini PSAP memang dalam kondisi serba salah, bahkan tertekan. Bukan hanya pemain dan pelatih, tapi manajemen tim juga mengalami hal serupa. Satu modal paling berharga yang masih dimiliki PSAP adalah fans yang sangat setia. Maka, PSAP tak boleh mngkhianati kesetiaan fansnya. Benahi segala kekurangan, dan kembalikan “semangat pantang menyerah” yang dulu dimiliki PSAP. Sebab, jika keterpurukan semakin dalam, maka semakin sulit pula untuk bangkit. Nah?!
sebelum terlambat, sebelum kapal ini karam.. pengurus psap, bukalah matamu dan hatimu.. b'cause we love PSAP Sigli
#aceh.tribunnews.com
Yang menyakitkan, kekalahan-kekalahan itu ada yang terjadi di hadapan publiknya sendiri. Padahal, Stadion Kuta Asan yang baru direnovasi menyambut kompetisi ini, dulunya adalah dikenal sebagai “ladang pembantaian” bagi tim-tim tamu PSAP. Namun, catatan kegemilangan dan kewibawaan PSAP di Stadion Kuta Asan kini menjadi sirna. Dan, publik PSAP hampir setiap usai pertandingan timnya harus urut dada dan pulang dengan wajah merunduk.
Kekalahan itu memang menyakitkan tidak hanya bagi pelatih dan pemain, namun juga bagi pencinta PSAP. Dan, kekalahan demi kekalahan tim Kota Sigli itu telah menjadi gunjingan publik, termasuk yang tak pernah nonton PSAP bertanding. Wajar-wajar saja, kan?
Tapi, seorang motivator profesional mengatakan, “Pecundang tak tahu apa yang akan dilakukannya bila kalah, tetapi ia tahu sesumbar apa yang akan dilakukan bila menang. Sedangkan, pemenang tidak berbicara apa yang akan dilakukannya bila ia menang, tetapi tahu apa yang akan dilakukannya bila kalah.”
Jadi, antara lain kita diingatkan untuk mengambil sikap yang benar atas setiap kekalahan, termasuk yang kalah bertubi-tubi. Sebab, bila kita bersikap benar dalam menerima kekalahan, maka akan menjadikan kekalahan sebagai kesempatan untuk maju. Namun, sebaliknya, jika salah bersikap dalam menerima kekalahan malah semakin membuat terpuruk dalam kemalangan. Itu semua adalah bagaimana menyikapi kekalahan.
Si motivator mengingatkan, “Berilah makna pada setiap kekalahan, dan transformasikan menjadi sesuatu yang lebih berharga. Pertumbuhan seharusnya adalah proses merespon setiap masalah, kesulitan, kekalahan, dan perubahan secara positif. Evaluasi kekalahan, kemudian lakukan perubahan melalui cara-cara yang lebih baik untuk meraih kemenangan. Persiapkan diri menghadapi masa depan yang lebih berarti. Bukankah mempersiapkan diri dari sekarang akan lebih baik dari pada hanya menunggu datangnya masa-masa yang lebih sulit? Teruslah berjuang untuk meraih kemenangan.”
Ya, kita sangat memahami, bahwa secara psikis, kini PSAP memang dalam kondisi serba salah, bahkan tertekan. Bukan hanya pemain dan pelatih, tapi manajemen tim juga mengalami hal serupa. Satu modal paling berharga yang masih dimiliki PSAP adalah fans yang sangat setia. Maka, PSAP tak boleh mngkhianati kesetiaan fansnya. Benahi segala kekurangan, dan kembalikan “semangat pantang menyerah” yang dulu dimiliki PSAP. Sebab, jika keterpurukan semakin dalam, maka semakin sulit pula untuk bangkit. Nah?!
sebelum terlambat, sebelum kapal ini karam.. pengurus psap, bukalah matamu dan hatimu.. b'cause we love PSAP Sigli
#aceh.tribunnews.com