Sejumlah ulama mendeklarasikan Aliansi Nasional Anti-Syiah di Bandung, Jawa Barat, Ahad, 20 April 2014. Deklarasi di markas Forum Ulama Ummat Indonesia (FUUI) di Jalan Cijagra itu dihadiri lebih dari 500 orang.
Deklarasi itu diawali orasi sederet ulama di dalam Masjid Al-Fajr milik Ketua FUUI Athian Ali M. Dai. Orasinya bertema mulai bahaya dan ancaman Syiah, rencana aksi, hingga mengarah ke calon presiden tertentu.
Pengurus MUI Pusat Ketua Bidang Hukum dan Perundangan Mohammad Ma'ruf Baharun dalam orasinya mengatakan Aliansi Nasional Anti-Syiah ini perlu didukung dan berkoordinasi dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI), mulai tingkat pusat hingga kecamatan. Aliansi juga diminta menyatukan umat Islam. "Ini domain ulama dan umat, bukan negara," katanya.
Menurut Baharun, Syiah mengancam akidah dan negara. Aliansi merancang strategi untuk melawan ajaran Syiah. Di antaranya, pemakaian nama para sahabat Nabi Muhammad SAW secara masif bagi para bayi dan asrama santri. "Juga, pemberdayaan khatib dan dai untuk berikan penjelasan aliran sesat Syiah yang jadi ancaman kita," ujarnya.
Baharun menambahkan, semua partai politik kini ada orang Syiah yang bertujuan meraih kekuasaan. Dari informasi yang dihimpun Tempo dari intel tentara dan peserta deklarasi, acara ini digelar terkait dengan lolosnya calon anggota legislatif, Jalaluddin Rachmat, ke gedung DPR. Kalau Jokowi terpilih jadi presiden, Jalal diprediksi akan jadi Menteri Agama. Para penentang Syiah nantinya bisa disebut penganut aliran sesat.
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI) Makassar Muhammad Said Abdus Shamad mengatakan Syiah lebih berbahaya daripada tentara penjajah karena merusak hati dan agama. Melawan Syiah disebutnya sebagai jihad. "Kita perlu merehabilitasi orang-orang yang kecanduan Syiah," ujarnya.
Sumber: TEMPO