Apa Itu Paham Wahabi?

Apa Itu Paham Wahabi?
Ikhwanesia - Apa Itu Paham Wahabi? selama ini banyak yang mempertanyakan apa itu wahabi, berikut akan dijelaskan tentang wahabi. Namun, perlu digarisbawahi wahabi adalah saudara seiman, namun perlu diwaspadai karena dapat memecah belah dengan terlalu cepat memvonis pendapat lain bid'ah, sesat, syirik dll. padahal pendapat lain tersebut juga mempunyai dalil. Namun, mereka lebih kaku dalam masalah perbedaan pendapat, padahal mereka belum memahami dalil-dalil yang dipakai oleh pendapat lain. Tulisan ini dibuat untuk menjawab apa itu wahabi, karena pertanyaan ini sering dimunculkan ketika ada suara untuk menghindari paham wahabi.

Apa Itu Paham Wahabi?

Apa Itu Paham Wahabi?


Muhammad bin `Abdul Wahhab lahir tahun 1703 Miladiah (1117 Hijirah) di `Uyaynah Nejd dan wafat 1792 di Riyadh. Beliau memperoleh pendidikan awal dalam bidang tauhid, fiqih dan hadis dari ayahnya sendiri, seorang qadhi di wilayah tersebut dan telah menghafalal-qur’an sebelum berumur sepuluh tahun. Pada usia dua puluhan beliau mulai berdakwah dengan keras, mencela kelalaian masyarakat dalam beribadat serta mengecam berbagai praktek kehidupan dan keagamaan yang dia anggap telah bercampur dengan syirik. Akibatnya beliau dan keluarganya diusir dari `Uyaynah sehingga terpaksa pindah ke desa tetangganya Huraimila untuk beberapa lama.

Setelah ini beliau pergi ke Mekkah dan Medinah untuk melanjutkan studi, berkenalan dengan kitab-kita Ibnu Taymiyyah yang ternyata sangat mempengaruhi cara berpikir dan paham keagamaannya. Dari sini beliau pindah ke Bashrah yang memberinya kesempatan untuk melihat dan berkenalan dengan kaum Syi`ah yang memuliakan makam (tempat) suci Imam Ali di Najaf dan makam (tempat) suci Imam Husein di Karbala. Menurut beliau para ulama dan pengikut Syi`ah telah menyelewengkan pemahaman kitab suci dan melakukan berbagai aktifitas keagamaan yang berisi banyak penyimpangan, yang harus dibersihkan dan diluruskan.

Dari Bashrah beliau kembali ke daerah asalnya dan menyeru masyarakat dan para ulama disana termasuk ayahnya sendiri, untuk meninggalkan berbagai amalan yang oleh masyarakat dianggap sebagai kegiatan keagamaan yang lazim dan wajar tetapi oleh Ibnu `Abdul Wahhab dianggap sebagai bid`ah dan khurafat. Setelah itu beliau meminta masyarakat untuk mengamalkan dan menegaskan ketaatan penuh mereka kepada syari`at, sesuatu yang pada awalnya sangat membingungkan buka saja masyarkat awam tetapi jua para ulama. Beliau menyeru untuk kembali kepada pemahaman dan pengamalan agama secara murni seperti yang dipraktekkan oleh para Sahabat Rasulullah. Beliau mengajarkan tauhid yang sangat kaku, pengagungan dan ketaatan total kepada Allah, mengecam bid`ah, khurafat (seperti menziarahi tempat yang tidak disuruh agama untuk diziarahi, serta percaya dan memakai jimat), dan tawassul (meminta dan berdo`a kepada Allah melalui orang lain atau rohnya setelah meninggal), bahkan menganggapnya sebagai perbuatan syirik yang harus dibasmi. Beliau secara terang-terangan memberi izin para pengikutnya yang taat untuk membunuh anggota masyarakat yang dia anggap sesat yang tidak mau bertaubat setelah diperingatkan sebanyak tiga kali. Ajaran-ajaran tentang tauhid yang sangat kaku ini beliau tuangkan dalam sebuah kitab yang dia karang: Kitab al-Tawhid, yang beredar dengan cepat dan luas di kawasan Nejed. Dapat ditambahkan, kitab ini merupakan salah satu kitab penting di kalangan ulama Wahhabiah yang selalu dibaca bahkan diulas sampai sekarang.

Menurut beliau umat Islam mundur dan terpecah belah adalah karena mereka menyimpang terlalu jauh bahkan meninggalkan ajaran Islam yang asli, yang diamalkan oleh para Sahabat Rasulullah. Jadi analisis beliau atas kemunduran umat di zamannya, ketika Barat mulai maju dan membawa teknologi ke dunia Islam, lebih kurang sama dengan analisis Ibnu Taymiyyah atas kemunduran umat Islam di zamannya, zaman perpecahan dan kehancuran karena dikalahkan oleh tentera Mongol. Menurut Muhammad bin Abdul Wahhab hanya dengan kembali kepada pemahaman dan pengamalan Islam seperti yang dipraktekkan para Sahabat sajalah umat Islam akan memperoleh kemajuannya kembali. Dengan kata lain penyebab kemunduran umat Islam menurut beliau adalah penyimpangan dari ajaran Islam, seperti pemahaman yang keliru tentang pengesaan Allah yang sebetulnya telah menjatuhkan umat Islam kepada syirik; pengamalan berbagai bid`ah dan khurafat dalam ibadat dan adat istiadat; serta pengabaian hukum syari`at dalam kehidupan pribadi dan bermasyarakat. Beliau berupaya mewujukan kembali sebuah masyarakat “sederhana” seperti pada zaman Nabi di abad ketujuh masehi, menolak kemajuan ilmu pengetahuan, melarang membaca banyak buku-buku yang dianggap sesat, dan cenderung berpendapat bahwa dengan pengamalan syari`at secara ketat oleh para individu, akan dapat melahirkan sebuah masyarakat muslim yang kuat dan sejahtera. Untuk tujuan ini beliau tidak keberatan menempuh cara-cara yang keras seperti pemaksaan sampai kepada pembunuhan dan peperangan, apabila cara yang dia anggap lembut dan santun tidak didengar oleh lawan bicara atau orang yang menjadi sasaran dakwahnya.

Pada tahun 1740 ayahnya wafat, dia merasa terbebas dan berdakwah dengan cara yang semakin keras, sehingga diusir oleh penguasa `Uyaynah. Beliau disambut oleh penguasa Dar`iyyah Muhammad ibn Sa`ud, yang mengundangnya untuk datang ke kotanya. Setelah itu mereka membuat kesepakatan, bersumpah untuk saling setia dan saling mendukung, untuk menyebarkan paham keagamaan Ibn Abd al-Wahhab di satu pihak dan untuk meneguhkan serta memperluas kekuasaan Ibn Sa`ud di pihak yang lain. Tahun 1746 kedua orang ini memaklumkan “perang” kepada para pihak yang menantang mereka, yang oleh sebagian peneliti dianggap sebagai awal kelahiran ajaran dan gerakan Wahhabiah. Pada tahun 1766 Ibnu Sa`ud dibunuh dan anaknya Abd al-`Aziz mengambil alih dan melanjutkan kampanye ayahnya. Tahun 1773 mereka merebut wilayah Riyadh sehingga kehadiran mereka semakin berpengaruh dan diperhitungkan di wilayah Nejd, dan ajaran Wahhabiah pun tersebar merata ke seluruh wilayah ini . Beliau terus mendakwahkan ajarannya sampai wafat pada 1792, meninggalkan dua puluh orang janda dan anak-anak yang tidak terhitung jumlahnya.[1] Ajarannya tidak mati bersama kewafatannya tetapi terus hidup dan menjadi “ideologi” Negara Arab Saudi yang terus berkembang sampai sekarang.

Apa Itu Paham Wahabi?

Banyak kajian yang sudah dilakukan tentang keberadaan ajaran Wahhabiah, kenapa dapat hidup dan terus mampu bertahan. Ada yang berpendapat bahwa berbagai gerakan radikal ekstrim bahkan beberapa gerakan teroris yang terjadi di zaman modern ini berakar pada ajaran Wahhabiah. Begitu juga banyak penulis yang mengecam mereka, berusaha menyatakannya sebagai ajaran yang ekstrim, menyimpang, bahkan sesat. Ada yang berusaha menginventarisir dan menonjolkan tindak tanduk dan perilaku mereka yang dianggap kasar, tidak toleran, serta berbagai kebijakan yang bernuansa penghancuran budaya dan seni. Di pihak lain banyak juga yang memuji dan menyediakan diri mereka sebagai pendakwah, penyebar dan penganjur ajaran serta “ideologi” ini, sehingga tetap hidup tidak hanya di Arab Saudi, tetapi semakin meluas hampir merata ke seluruh bagian dunia.
*Nb: Tulisan ini disadur dari tulisan Prof. Alyasa' Abubakar MA di blognya.

Hendaklah bersatu, jangan suka membid'ahkan sembarangan. ketika ada yang berbeda pendapat juga jangan terlalu cepat di cap sebagai wahabi. karena banyak sekali perbedaan pendapat diantara ulama. kalau ia suka mencaci dan tidak mau menerima (kaku) maka ini ciri-ciri wahabi. jika masih mau bersatu dan bertoleransi, maka tidak patut untuk dijauhi. Mari kedepankan diskusi.

Share this