Merasa Aman Dari Siksa Allah ?

Merasa Aman Dari Siksa Allah ?
tujuh tahun yang lalu pada tanggal 26 desember 2004 telah terjadi tsunami besar di Aceh, berangkat dari situ, penulis juga ikut merasakan bagaimana keganasan bencana sekaligus pelajaran itu. (Tulisan ini kami nukil dari buku Dosa-Dosa Besar karya Dasteghib, terbitan Cahaya, mengingat relevansinya dengan fenomena dunia sekarang. Bahkan selalu relevan. ) 

Tidak Memperhatikan Kemarahan dan Siksa Allah

SALAH satu dari dosa-dosa besar adalah pengabaian total terhadap azab Tuhan. Orang tersebut tidak takut pada siksa gaib dan mencemooh gagasan hukuman atas tindakannya. Ia hidup dengan penuh gembiraa di dunia kenyamanan-kenyamanan material dan tidak menyadari bahwa ia dibelenggu bawah oleh dosa-dosanya. Ini merupakan dosa besar. Para imam suci, Imam Jafar Shadiq, Imam Musa Kazhim, dan Imam Ridha, telah mengelompokkan ketidaktakutan pada siksa Allah termasuk dosa-dosa besar. Al-Quran menyatakan, Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? (QS al-A’raf: 97)

Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain? (QS al-A’raf: 98)

Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi. (QS al-A’raf : 99)

Tiga ayat ini secara jelas melarang ketidaktakutan pada azab Allah. Ayat terakhir menyebutkan bahwa mereka yang tidak takut pada azab Allah adalah orang-orang yang merugi di akhirat. Azab Allah adalah balasan pada mereka di Hari Kiamat, seperti halnya nasib bagi orang-orang kafir dan para pendosa yang tidak bertaubat.

Adalah jelas dari al-Quran bahwa bersikukuh untuk tidak mengindahkan rencana Allah merupakan dosa besar. Karena itu kecerobohan pada azab dan peringatan Allah setara dengan pengabaian pada perintah dan larangan-Nya dan kekurangajaran yang hina akan kekuasaan-Nya. Bagaimana mungkin suatu wujud rendah dan remeh, sekarang berani menentang Tuhan dua dunia. Pengabaian dan ketakpedulian ini adalah dosa besar yang tidak pantas menerima ampunan, kecuali si pendosa bertaubat dan meminta ampunan.

Tampaklah jelas dari diskusi di atas bahwa apakah sebuah dosa dapat dimaafkan ataukah tidak lebih tergantung pada sikap si pelaku dosa, bukannya dosa itu sendiri. Apabila dalam relung batinnya yang paling dalam, pendosa tersebut takut pada Allah, maka ia patut mendapatkan pengampunan. Tetapi jika ia secara sombong tidak gentar pada azab Allah, ia tidak layak mendapatkan kemurahan hati dan ampunan Allah.

Rencana Allah (makar) artinya suatu hukuman mendadak yang menimpa si pelaku dosa, seperti disebutkan dalam kitabullah, Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)? (QS al-Qiyamah: 37)

Imla’- Penangguhan

Termasuk rencana Allah adalah ’imla’ (penangguhan [siksa]). Dari masa Allah menciptakan manusia, telah menjadi Sunah Allah bahwa orang yang tak bersyukur dan pendosa tidak akan dihukum atas dosa-dosa mereka dengan seketika. Melainkan mereka diberi penangguhan yang lama. Karena semua orang cenderung berbuat dosa kecuali orang-orang maksum. Apabila setiap orang disiksa atas kesalahan-kesalahan mereka dengan seketika, tak satu orang pun akan bertahan di muka bumi. Allah telah menyatakan di dalam al-Quran, Jika Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatu pun dari makhluk yang melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan….” (QS an-Nahl: 61)

Di samping itu, imla menjadi bukti adanya rahmat Allah bagi orang yang bertakwa. Imla memberi mereka waktu dan kesempatan untuk merenungi dan mengevaluasi (muhasabah) perilaku mereka, menyadari kekeliruan mereka, bertaubat, dan meneguhkan tekad untuk tidak mengulangi dosa-dosa mereka. Kasih sayang Allah, dengan begitu, membantu mereka untuk meraih kebaikan di dunia ini dan di akhirat. Pada sisi lain, kasih Tuhan ini ditunjukkan kepada para pendosa yang tidak bertaubat yang hanya membuat mereka tidak mengindahkan fakta bahwa pada akhirnya mereka akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan-perbuatan mereka. Mereka terus berbuat satu dosa sesudah dosa yang lain dan ketika pelanggaran mereka mencapai suatu batas, suatu azab tiba-tiba menimpa mereka.

Dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh. (QS al-A’raf: 183)
Orang-orang kafir dan para pendosa yang mencapai kesuksesan hidup dan kenyamanan boleh dengan bangga merasakan bahwa kemampuan mereka sudah membawa mereka keberhasilan tetapi pada kenyataannya semua yang mereka dapatkan merupakan sejenis azab Allah dan sebentuk balasan yang dikenal sebagai “makar atau tipu daya Allah.”

Penangguhan bagi Pelaku Kesalahan

Al-Quran mengatakan, Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan. (QS Ali Imran, 3:178)

Imam Ridha berkata, ”Demi Allah, mereka tidak dihukum dengan apa pun yang lebih memedihkan dibanding imla (penangguhan).” (Safinat al-Bihar)

Imam Sajjad telah menyebutkan dalam doa Makarim al-Akhlaq: ”(Ya Allah) panjangkanlah usiaku sepanjang hidupku berisi ketaatan kepada-Mu, adapun jika umurku menjadi gembalaan setan, maka ambillah aku sebelum Engkau murka atau sebelum marah-Mu menguasaiku.”

Istidraj

Istidraj pun termasuk dalam siasat Allah. Kadang-kadang penangguhan yang diberikan oleh Allah juga meliputi suatu karunia berkat baru. Allah melimpahkan anugerah-anugerah-Nya pada orang yang telah berdosa agar ia bisa merasa malu atas dirinya dan membuat perubahan. Alih-alih demikian, orang itu sering mengembangkan kepercayaan dan lebih banyak berbuat dosa secara terang-terangan. Orang malang seperti itu disebutkan dalam ayat al-Quran berikut, Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui.” (QS al-Araf: 182)

Dalam Safinat al-Bihar disebutkan, “Ketika Allah menginginkan kebaikan bagi seseorang dan ia melakukan suatu dosa, Allah memasukkannya ke dalam berbagai kesulitan sehingga ia bisa menyadari bahwa penyebab kesulitannya itu adalah dosanya sendiri. Ia kemudian bisa bertaubat karenanya (dengan segera). Ketika Allah ingin menghukum seseorang yang berbuat dosa, Dia memberinya bentuk karunia baru sehingga ia mungkin terpukau oleh karunia tersebut dan mengabaikan taubat. Inilah apa Allah maksudkan dalam ayat itu (yang dikutip di atas).”

Istidraj Berarti Lalai untuk Bertaubat

Ketika Imam Jafar Shadiq as ditanya pengertian istidraj, beliau menjawab, “Ketika seseorang berbuat dosa, ia diberi tempo dan karunia baru, maka ketika ia lalai untuk bertaubat, pelan-pelan ia diarahkan ke arah kebinasaan; yang tentang itu ia ia tidak perhatian. Inilah yang dikenal sebagai istidraj dan siasat Allah.” (Wasail asy-Syi’ah)

Diriwayatkan dari Amirul Mukminin Ali as bahwa ia berkata, “Sesungguhnya mereka yang diberi peningkatan di dalam kekayaan dan harta milik oleh Allah, hendaknya tidak memikirkan apa pun kecuali istidraj. Mereka seyogianya tidak gentar akan siasat Allah karena ketenangan mendahului badai.” (Bihar al-Anwar)
Ketidakkhawatiran pada Siasat Allah

Allah memiliki dua macam sifat: Jamaliyah (keindahan) dan Jalaliyah (Keagungan). Contoh sifat Jamaliyah adalah sifat Rahman (Pengasih), Rahim (Penyayang), Karim (Dermawan), Halim (Penyantun), Syakur (Berterima kasih), Ghafur (Pemaaf).

Sementara sifat Jalaliyah adalah seperti al-Jabbar (Perkasa), al-Qahhar (Memaksa), al-Muntaqim (Pendendam), al-Mudzallil (Yang Menghinakan), al-Mutakabbir (Mahasombong) dan asy-Syadid al-Iqab (Mahakeras siksa-Nya). Oleh karena itu, Allah memberitahukan sifat-sifat-Nya dan kemudian mengingatkan siksa-Nya.

Di tempat lain Allah berfirman, Yang Mengampuni dosa dan Menerima tobat lagi keras hukuman-Nya; Yang mempunyai karunia. (QS al-Mukmin: 3)

Demikianlah, Allah adalah Zat yang paling pengasih dari semua pengasih dalam hal ampunan juga yang Paling punya Kekuasaan atas sesuatu. dan sebagai sesam muslim, saya mengingatkan kepada saudara-saudara sekalian untuk selalu mengingat Allah. serta menjauhi hal-hal yang dilarang oleh Allah.

Share this