Naksir Dia? Pikirin Lagi Deh!

Naksir Dia? Pikirin Lagi Deh!
Saat disuruh memikirkan alasan kenapa jatuh cinta, anak-anak mentoring asuhan Kak Riza di Rohani Islam SMA 823 pada protes karena menurut mereka cinta itu gak pake logika. Jadi tidak perlu memikirkan alasan yang tepat.
"Gak ada alasannya kak..."
"Ah yang bener? Emangnya kakak ga pernah ngerasain SMA? Usia kalian kan usia cinta monyet. Naksirnya biasanya gara-gara kagum dengan kelebihan tertentu." Pancing Riza.
"Emang kenapa sih Kak? Iya, aku ada naksir cewek adek kelas. Alasannya karena dia cantik, dan tampangnya tipe saya banget Kak." Seorang peserta memberi pengakuan polos. Peserta yang lain berdehem-dehem.
"Ok. Alasan pertama adalah kecantikan. Kalau antum, Yud, apa alasannya? Jangan batuk-batuk aja." Ujar Riza.
Yudi, yang ditunjuk oleh sang mentor, nyengir dan menjawab, "Kalau saya, selain cantik, saya lagi naksir sama cewek yang pinter."
"Mmm... Tau gwe.." Salah seorang dari peserta mentoring menyela.
"Kenapa Ris? Antum tau gebetan Yudi? Ok, jadi ada dua alasan. Cantik dan pintar. Kalau antum sendiri kenapa Ris?"  Riza melempar pertanyaan.
"Saya... Kalau saya suka sama seseorang karena dia sholehah, Kak." Jawab Aris mantap.
"Ketua keputrian ya?" Celetuk yang lain.
"Baik, sekarang ada tiga alasan. Cantik, pintar, dan sholehah. Cukup deh." Ujar Riza.
"Emang kenapa sih kak?" Tanya salah seorang dari peserta mentoring.
“Pernah terfikir gak oleh kalian, kalau alasan kalian menyukai gebetan kalian itu lemah.”
“Maksudnya Kak?”
“Kalau kalian suka sama seseorang karena cantik, coba jawab dengan jujur, siapa yang membuat dia cantik? Allah, atau kah dirinya sendiri yang bisa menghendaki kecantikan untuk dirinya? Dan siapa yang lebih indah, Allah ataukah gadis yang kalian sukai?”
Anak-anak peserta mentoring diam beberapa saat.
“Gimana?” Tanya Riza.
“Iya kak, Allah yang menghendaki seorang manusia itu cantik atau tidak. Dan Allah itu indah, jauh lebih indah daripada makhluk-Nya. Kan ada haditsnya kak, Allah itu indah dan menyukai keindahan.” Jawab salah seorang dari mereka.
“Nah, kalau begitu, kenapa tidak mencintai Allah saja?”
Riza membiarkan keadaan hening sejenak agar adik-adik mentinya bisa mencerna.
“Baik, sekarang kalau alasannya karena pintar, kembali lagi pertanyaannya siapa yang menganugerahkan gebetan kalian itu kecerdasan? Allah, ataukah dirinya sendiri?” Riza melanjutkan pembicaraan.
“Allah kak. Tapi kan dia bisa belajar supaya pintar.” Jawab salah seorang dari mereka.
“Ok, kalau dia sudah belajar mati-matian, tapi Allah tidak menghendaki dia pintar, apakah dia tetap bisa pintar?”
“Tidak, Kak.”
“Kalau kalian suka seseorang karena pintar, sekarang, siapa kah yang dzat Maha Mengetahui?”
“Allah, Kak.”
“Nah, kenapa tidak mencintai Allah saja?”
Peserta mentoring mengangguk-angguk.
“Dan terakhir, karena dia sholehah. Sama aja, siapa yang membuat dia sholehah?”
“Kak, Allah kan mengilhami dia antara jalan kebaikan dan keburukan, seperti dalam surat Asy-Syams, lalu dia memilih jalan kebaikan.Makanya dia sholehah.”
“Iya benar, tapi apakah antum mau menafikan hidayah Allah? Apakah antum mau menafikan taufik dan rahmat Allah yang membuat dia condong kepada kebaikan? Bukankah kalau Allah tidak menghendaki seseorang mendapat hidayah, maka tidak ada satu pun yang bisa memberi hidayah walau pun dirinya sendiri? Dia memang memilih jalan yang baik, tapi di situ ada taufiq dari Allah sehingga ia bisa memilih jalan kebaikan.”
Anak-anak peserta mentoring kembali mengangguk-angguk.
“Lalu sekali lagi, kenapa tidak mencintai Allah saja? Allah sumber kebaikan. Kalau kalian menemukan hal yang baik pada seseorang, harus kalian yakini bahwa kebaikannya itu bersumber dari Tuhan. Dan kalau mau mencintai seseorang karena kebaikannya, maka Allah yang pantas lebih dicintai. Cantik, pinter, baek, itu semua dari Allah. Jadi cintai Allah saja.
Riza mengamati wajah adik-adik binaannya satu persatu. Wajah mereka memperlihatkan mimic merenung.
"Kak. Kan ada pepatah yang berbunyi.. Mmm.. Waiting Trisno Jalanan Suko Kuliner. Intinya perasaan suka itu karena sering bersama. Nah, itu gimana kak, kalo kita jadi suka sama seseorang karena sering ketemu?”
“Misalnya sering ketemu di rapat departement PHBI ya?” Salah seorang nyeletuk, dan yang lain sontak bergumam, “Ciieee…..”
“Baik. Jadi mencintai seseorang karena seringnya berinteraksi.Nah, coba periksa hubungan kalian dengan Allah? Bukankah Allah selalu bersama kalian, walau pun kalian sedang sendiri? Bukankah Allah yang mengamati gerak-gerik kalian? Kalian juga rajin sholat, dan saat sholat kan ada interaksi dengan Allah? Apakah tidak cukup mencintai Allah lebih dari segalanya karena seringnya berinteraksi dengan Allah?”
Jawaban yang telak dari Riza. Dan kini mengertilah adik-adik binaan Riza bahwa tidak ada yang lebih berhak dicintai selain Allah swt.
*****
Rekan muda, ilustrasi di atas rasanya cukup untuk dijadikan renungan tentang persaan yang ada di hati kita masing-masing. [islamedia.web.id]

muslimmuda

Share this