Saat disuruh memikirkan alasan kenapa jatuh cinta, anak-anak
mentoring asuhan Kak Riza di Rohani Islam SMA 823 pada protes karena menurut
mereka cinta itu gak pake logika. Jadi tidak perlu memikirkan alasan yang
tepat.
"Gak ada alasannya kak..."
"Ah yang bener? Emangnya kakak ga pernah ngerasain SMA?
Usia kalian kan usia cinta
monyet. Naksirnya biasanya gara-gara kagum dengan kelebihan tertentu."
Pancing Riza.
"Emang kenapa sih Kak? Iya, aku ada naksir cewek adek
kelas. Alasannya karena dia cantik, dan tampangnya tipe saya banget Kak."
Seorang peserta memberi pengakuan polos. Peserta yang lain berdehem-dehem.
"Ok. Alasan pertama adalah kecantikan. Kalau antum,
Yud, apa alasannya? Jangan batuk-batuk aja." Ujar Riza.
Yudi, yang ditunjuk oleh sang mentor, nyengir dan menjawab,
"Kalau saya, selain cantik, saya lagi naksir sama cewek yang pinter."
"Mmm... Tau gwe.." Salah seorang dari peserta
mentoring menyela.
"Kenapa Ris? Antum tau gebetan Yudi? Ok, jadi ada dua
alasan. Cantik dan pintar. Kalau antum sendiri kenapa Ris?" Riza melempar pertanyaan.
"Saya... Kalau saya suka sama seseorang karena dia
sholehah, Kak." Jawab Aris mantap.
"Ketua keputrian ya?" Celetuk yang lain.
"Baik, sekarang ada tiga alasan. Cantik, pintar, dan
sholehah. Cukup deh." Ujar Riza.
"Emang kenapa sih kak?" Tanya salah seorang dari
peserta mentoring.
“Pernah terfikir gak oleh kalian, kalau alasan kalian
menyukai gebetan kalian itu lemah.”
“Maksudnya Kak?”
“Kalau kalian suka sama seseorang karena cantik, coba jawab
dengan jujur, siapa yang membuat dia cantik? Allah, atau kah dirinya sendiri
yang bisa menghendaki kecantikan untuk dirinya? Dan siapa yang lebih indah,
Allah ataukah gadis yang kalian sukai?”
Anak-anak peserta mentoring diam beberapa saat.
“Gimana?” Tanya Riza.
“Iya kak, Allah yang menghendaki seorang manusia itu cantik
atau tidak. Dan Allah itu indah, jauh lebih indah daripada makhluk-Nya. Kan
ada haditsnya kak, Allah itu indah dan menyukai keindahan.” Jawab salah seorang
dari mereka.
“Nah, kalau begitu, kenapa tidak mencintai Allah saja?”
Riza membiarkan keadaan hening sejenak agar adik-adik
mentinya bisa mencerna.
“Baik, sekarang kalau alasannya karena pintar, kembali lagi
pertanyaannya siapa yang menganugerahkan gebetan kalian itu kecerdasan? Allah,
ataukah dirinya sendiri?” Riza melanjutkan pembicaraan.
“Allah kak. Tapi kan
dia bisa belajar supaya pintar.” Jawab salah seorang dari mereka.
“Ok, kalau dia sudah belajar mati-matian, tapi Allah tidak
menghendaki dia pintar, apakah dia tetap bisa pintar?”
“Tidak, Kak.”
“Kalau kalian suka seseorang karena pintar, sekarang, siapa
kah yang dzat Maha Mengetahui?”
“Allah, Kak.”
“Nah, kenapa tidak mencintai Allah saja?”
Peserta mentoring mengangguk-angguk.
“Dan terakhir, karena dia sholehah. Sama aja, siapa yang membuat
dia sholehah?”
“Kak, Allah kan
mengilhami dia antara jalan kebaikan dan keburukan, seperti dalam surat
Asy-Syams, lalu dia memilih jalan kebaikan.Makanya dia sholehah.”
“Iya benar, tapi apakah antum mau menafikan hidayah Allah?
Apakah antum mau menafikan taufik dan rahmat Allah yang membuat dia condong
kepada kebaikan? Bukankah kalau Allah tidak menghendaki seseorang mendapat
hidayah, maka tidak ada satu pun yang bisa memberi hidayah walau pun dirinya
sendiri? Dia memang memilih jalan yang baik, tapi di situ ada taufiq dari Allah
sehingga ia bisa memilih jalan kebaikan.”
Anak-anak peserta mentoring kembali mengangguk-angguk.
“Lalu sekali lagi, kenapa tidak mencintai Allah saja? Allah
sumber kebaikan. Kalau kalian menemukan hal yang baik pada seseorang, harus
kalian yakini bahwa kebaikannya itu bersumber dari Tuhan. Dan kalau mau
mencintai seseorang karena kebaikannya, maka Allah yang pantas lebih dicintai.
Cantik, pinter, baek, itu semua dari Allah. Jadi cintai Allah saja.
Riza mengamati wajah adik-adik binaannya satu persatu. Wajah
mereka memperlihatkan mimic merenung.
"Kak. Kan
ada pepatah yang berbunyi.. Mmm.. Waiting Trisno Jalanan Suko Kuliner. Intinya
perasaan suka itu karena sering bersama. Nah, itu gimana kak, kalo kita jadi
suka sama seseorang karena sering ketemu?”
“Misalnya sering ketemu di rapat departement PHBI ya?” Salah
seorang nyeletuk, dan yang lain sontak bergumam, “Ciieee…..”
“Baik. Jadi mencintai seseorang karena seringnya
berinteraksi.Nah, coba periksa hubungan kalian dengan Allah? Bukankah Allah
selalu bersama kalian, walau pun kalian sedang sendiri? Bukankah Allah yang
mengamati gerak-gerik kalian? Kalian juga rajin sholat, dan saat sholat kan
ada interaksi dengan Allah? Apakah tidak cukup mencintai Allah lebih dari
segalanya karena seringnya berinteraksi dengan Allah?”
Jawaban yang telak dari Riza. Dan kini mengertilah adik-adik
binaan Riza bahwa tidak ada yang lebih berhak dicintai selain Allah swt.
*****
Rekan muda, ilustrasi di atas rasanya cukup untuk dijadikan
renungan tentang persaan yang ada di hati kita masing-masing. [islamedia.web.id]
muslimmuda