Pertarungan GAM Pro Otonomi vs Merdeka, Plus Permainan CIA

Pertarungan GAM Pro Otonomi vs Merdeka, Plus Permainan CIA
Pengamat intelijen DR AC Manullang menilai, kasus penembakan beruntut yang terjadi di Aceh dilatarbelakangani sejumlah persoalan. Menurut mantan Direktur Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin) itu, ada sejumlah kemungkinan terkait siapa aktor yang bermain di belakang masalah ini.


 

Pertama, dilihat masih kentaranya faksi yang terdapat di tubuh Gerakan Aceh Merdeka (GAM), besar kemungkinan terjadinya gejolak di Bumi Serambi Mekah ini merupakan bentuk pertarungan antara faksi GAM yang tetap kukuh menghendaki Aceh Merdeka, dengan faksi yang sudah menerima model otonomi khusus.

"Jadi, ini masih ada kaitannya dengan Mou Helsinki. Pertarungan antara GAM lama yang maunya merdeka, dengan GAM baru yang menerima otonomi khusus. Irwandi Yusuf itu GAM baru yang menerima otonomi khusus Aceh," ujar AC Manullang saat dihubungi JPNNi, kemarin (8/1).

Kemungkinan kedua, berdasarkan pengamatan AC Manullang, intelijen asing yakni Central Intelligence Agency (CIA), ikut mendompleng persoalan yang muncul di Aceh. Menurutnya, AS selalu memainkan isu-isu yang berbau Islam untuk menguji panas dinginnya politik di Indonesia.

Menurut Manullang, mulai dari benturan jemaat Ahmadiyah dengan warga di Cikeusik, hingga persoalan konflik pembakaran ponpes Syiah di Madura, merupakan bagian dari permainan CIA. "Islam diadu dengan Islam, termasuk di Aceh yang selalu diisukan akan menjadi negara Islam di Indonesia. Jadi, saya mohon rakyat Aceh sadar, tidak mudah terpancing," ujarnya.

Pola penyusupan intelijen CIA ini, lanjutnya, sudah menggunakan penduduk setempat untuk menggerakkan operasinya. Para penyelundup senjata, termasuk yang tertangkap di Langkat, menurut Manullang, juga diatur oleh intel asing.

"Penyelundup-penyelundup itu diatur oleh mereka. Operasi intelejin asing ini menggunakan penduduk setempat, bahkan tidak tertututup kemungkinan orang-orang dari Jakarta. Mereka terlatih, bukan orang-orang sembarangan, terorganisir rapi," urainya.

Kemungkinan ketiga, yang kait-mengkait dengan kemungkinan pertama dan kedua, adalah urusan politik di dalam negeri. Manullang mensinyalir, ada kekuatan politik yang menjadikan Aceh sebagai barometer untuk mengukur tensi politik di tanah air. 

"Ini daerah dijadikan daerah percobaan, bisa panas, bisa dingin. Ini urusannya pemilu 2014, sekarang sudah 2012. Aceh dijadikan kuda troya," katanya.

Manullang menampik kemungkinan oknum petinggi militer ikut bermain dengan tujuan ada anggaran untuk operasi pengamanan. "Bohong itu, tidak mungkin militer. Bohong, karena Aceh itu strategis," cetusnya.


[001-JPPN-infojambi]

Share this