Sebanyak 54 etnis Rohingya asal Myanmar di penampungan sementara Kantor
Imigrasi Kelas II Lhokseumawe meminta perlindungan para ulama Aceh, agar
mereka bisa menetap di Aceh selamanya.
Bahkan para pengungsi yang kerap juga dipanggil manusia perahu ini siap dijadikan budak, asal tidak dipulangkan ke negara asalnya. Mereka takut akan dibunuh tentara Myanmar,saat ini masih memerangi muslim dari etnis minoritas tersebut.
“Di Myanmar kami tidak bisa shalat, karena mesjid dijaga tentara. Kami juga tidak bisa mencari nafkah, makanya anak-anak kami kelaparan. Tidak ada pendidikan dan diusir oleh pemerintah keluar dari Myanmar dengan alasan kami bukan bagian dari penduduk negara itu,” ujar Anwar Husen salah seorang pengungsi kepada Rakyat Aceh (Group JPNN) kemarin dengan bahasa Arab Urdu bercampur bahasa isyarat, Jumat (3/2).
Oleh sebab itu ia dan semua pengungsi telah sepakat meminta perlindungan muslim Aceh terutama para ulama agar bisa menerima mereka untuk menetap di Aceh. Bahkan mereka siap dijadikan pekerja kasar dengan upah kecil asalkan tidak dipulangkan ke Myanmar, karena semua orang Aceh muslim pastinya mereka bisa hidup lebih layak walau dalam keadaan miskin.
Selama di penampungan sejak ditemukan nelayan Dewantara terombang ambing di laut lepas, Anwar mengaku senang karena mendapat perlakuan layak dari pemerintah dan masyarakat. Ia merasa seperti terlepas dari ketakutan selama ini ia alami bersama rekan-rekan pengungsi lainnya. Kondisi ini membuat ia ingin tinggal selamanya di Aceh.
Menanggapi permintaan etnis Rohingya tersebut, Ketua Majelis Permusywaratan Ulama (MPU) Aceh Tgk H Muslim Ibrahim MA saat dihubungi Rakyat Aceh kemarin mengaku belum bisa memberikan komentar. Pasalnya, keberadaan pengungsi menyangkut dengan status kewarganegaraan selain itu permintaan tersebut harus disampaikan secara resmi yang diajukan ke pemerintah dan bukan kepada ulama.
“Kalau memang sudah dibahas dalam forum resmi, maka para ulama hanya sebatas memberikan pendapat, jadi untuk sementara saya tidak bisa berkomentar lebih,” pungkasnya.
Sementara itu sejumlah perwakilan masyarakat Desa Beuluka Teubai, Kecamatan Dewantara, Aceh Utara, Jumat pagi kemarin mengunjungi pengungsi Myanmar. Kedatangan mereka untuk bersilaturrahmi dengan para pengungsi, sekaligus ingin melihat kondisi warga asing tersebut paska diselamatkan para nelayan desa Beuleuka Teubai tiga hari lalu. (sjm)