Dialog Dengan Pengikut Aliran Laduni Ricuh

Dialog Dengan Pengikut Aliran Laduni Ricuh
Warga memindahkan sepeda motor yang dirusak massa saat terjadi kerusuhan jelang dialog dengan pengikut ajaran Laduni di Aula Setcam Kaway XVI, Aceh Barat, Senin (3/9).

* Kedai, Mobil, dan 5 Sepmor Rusak 
* 20 Pengikut Diamankan 
* Polisi Lepas Tembakan ke Udara

Dialog Dengan Pengikut Aliran Laduni RicuhDialog antara ulama Aceh Barat dan Nagan Raya serta kalangan pemerintah setempat dengan para pengikut ajaran Laduni di Aula Setcam Kaway XVI, Kabupaten Aceh Barat, Senin (3/9) sekitar pukul 14.30 WIB, rusuh. Akibatnya, satu kedai dan satu mobil, serta lima sepeda motor dirusak massa yang antiajaran Laduni. Polisi akhirnya melepas tembakan peringatan, lalu mengamankan 20 pengikut ajaran itu dari sasaran amuk massa.

Dialog tersebut memang sudah disepakati sejak Jumat (31/8) sore, tak lama setelah Muspika Kaway XVI bersama jajaran Wilayatul Hisbah (WH) Aceh Barat, menemukan lima warga di kecamatan itu sebagai pengikut ajaran Laduni. Tatkala Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) kecamatan itu mengklaim ajaran tersebut sesat, juru bicara kelompok Laduni, Bahtiar menantang ulama setempat untuk berdialog. Maka, dialog itu pun digelar kemarin siang.

Akan tetapi, dialog yang semula dimaksudkan untuk membahas ajaran Laduni yang diduga menyimpang dari ajaran Islam itu, mendadak dihentikan sebelum dimulai. Penyebabnya, massa yang berada di luar gedung nekat melemparkan batu ke arah gedung pertemuan itu, sehingga situasi mendadak tegang.

Berdasarkan keterangan yang dihimpun Serambi dari sejumlah warga di lokasi kejadian, pertemuan itu awalnya berjalan lancar. Antara lain dihadiri 20 pengikut ajaran Laduni. Mereka mengenakan pakaian serbaputih dan serban putih, di samping ada juga yang berserban merah atau biru. 

Sebelum dialog digelar, personel polisi berseragam maupun yang berpakaian preman, tak terkecuali anggota TNI, juga tampak di lokasi untuk mengamankan jalannya pertemuan. 

Belum lagi dialog dimulai, tiba-tiba dari arah luar gedung, massa berdatangan dan berteriak-teriak bahwa ajaran yang ditemukan di wilayah itu sesat. Para pengikutnya juga dicemooh massa.

Menyadari situasi makin tak menguntungkan, pihak Muspika Kaway XVI langsung memutuskan untuk menunda dialog itu. Agenda penggantinya adalah mengamankan para pengikut Laduni dari dalam gedung untuk digiring ke dalam mobil polisi berlapis baja (Panser).

Entah siapa yang duluan memulai, tiba-tiba saja situasi yang mulai hangat berubah jadi ricuh. Terutama karena massa yang datang melemparkan batu ke arah gedung pertemuan. Orang yang berada di dalamnya, terutama para pengikut Laduni, ikut panik karena aksi anarkis massa yang semakin sulit dibendung.

Polisi yang ingin mengendalikan situasi terpaksa akhirnya melepaskan tembakan peringatan ke udara guna membubarkan massa. Trik yang digunakan polisi itu ternyata ampuh. Sebagian massa yang tadinya beringas langsung lari kucar-kacir menyelamatkan diri.

Dalam situasi yang demikian, polisi berusaha mengevakuasi 20 pengikut ajaran Laduni menggunakan kendaraan lapis baja.  Saat akan dievakuasi ke dalam mobil, massa yang marah terhadap pengikut ajaran Laduni itu mengeluarkan sumpah serapah sambil melemparkan batu ke arah mereka. Untungnya, situasi itu berhasil diredakan polisi setelah 20 pengikut Laduni diamankan ke Mapolres Aceh Barat.

Sepeninggal pengikut Laduni, giliran kendaraan sedang parkir yang dilempari massa. Akibatnya, empat sepmor beserta satu unit mobil sedan merah rusak. Sepmor warga yang berada di lokasi kejadian pun ikut rusak terkena lemparan batu, lalu dikumpulkan di halaman gedung sebagai barang bukti.

Polisi yang berjaga-jaga di sekitar lokasi langsung pula mengamankan sejumlah aset pemerintah dari amuk massa. Menjelang pukul 16.00 WIB kemarin, amuk massa itu pun berhasil dikendalikan aparat keamanan.

Pascarusuh massa di Aula Kantor Camat Kaway XVI, ulama dari Aceh Barat dan Nagan Raya bersama jajaran Muspida Aceh Barat akhirnya memutuskan untuk menggelar dialog dengan 20 pengikut ajaran Laduni tersebut di mapolres setempat yang terletak di ruas Jalan Swadaya, Meulaboh.

Kegiatan yang berlangsung sejak pukul 17.00 WIB itu masih berlangsung hingga pukul 21.00 WIB. Agendanya adalah membahas ajaran Laduni yang dianggap sesat dan menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya.

“Dialog masih berlangsung meski sempat jeda sebentar saat waktu shalat Magrib tiba,” kata Kasatpol PP dan WH Aceh Barat, Drs John Aswir kepada Serambi tadi malam.

John Aswir mengaku sejauh ini pihaknya belum bisa mengambil tindakan apa pun terkait ajaran tersebut sebelum adanya keputusan ataupun fatwa ulama terkait ajaran yang kini meresahkan masyarakat Kaway XVI dan sekitarnya itu. (edi)

Kedai pun Jadi Sasaran 
Sepeninggal 20 pengikut ajaran Laduni yang dilarikan petugas naik mobil Panser untuk tujuan pengamanan, massa anti-Laduni yang masih tersulut emosi langsung bergerak ke arah Gunung Beureugang, sekitar 800 meter dari Kantor Camat Kaway XVI, Kabupaten Aceh Barat. Di lokasi ini, massa yang tidak diketahui jumlahnya itu mengobrak-abrik tempat usaha milik seorang pengikut ajaran Laduni.

Seluruh isi barang kelontong yang dijual di kedai berkonstruksi kayu dan sekaligus dijadikan tempat tinggal itu, mereka porak-porandakan. Pintu depan kedai itu pun dibuat berantakan. 

Saking ketakutan menghadapi amuk massa, istri dari si pemilik kedai lari menghindar diri kedai itu. Hingga kemarin sore belum diketahui keberadaannya. 

Polisi yang datang ke lokasi langsung mengamankan kedai yang berantakan itu. Bahkan Kapolres Aceh Barat, AKBP Artanto SIK bersama Kasatpol PP dan WH setempat, Drs John Aswir langsung mendatangi lokasi kejadian.  Polisi yang tiba di lokasi memasang garis polisi (police line) di kedai yang dirusak massa itu untuk memudahkan penyelidikan lebih lanjut. (edi)

Kami Amankan 20 Orang
DEMI menghindari amuk massa, aparat Polres Aceh Barat hingga tadi malam masih mengamankan 20 pengikut ajaran Laduni.  Pengikut ajaran yang diduga menyimpang dari ajaran Islam ini, masih kita selidiki. Untuk maksud tersebut, maka 20 pengikut Laduni ini untuk sementara kita amankan di Mapolres Aceh Barat, sekaligus untuk melindungi mereka dari kemungkinan amuk massa.

Terkait aksi anarkis massa, saya imbau seluruh masyarakat di wilayah ini supaya tidak terpengaruh oleh aksi provokasi yang memperkeruh suasana, sebab masalah ini sudah ditangani pihak terkait untuk diselesaikan dengan baik berdasarkan musyawarah. 
* AKBP Artanto, Kapolres Aceh Barat. (edi)

sumber: serambi indonesia

Share this