Hari ini, kulepaskan kau dari hatiku. Ya, akan ku lepaskan kau dari
hatiku meskipun bulir hangat ini tak bisa terpendam dalam muaranya
,sesaat ikrar itu terucap dan semakin melekat dalam yakinku. Meskipun
telah kian lama rasa ini mengakar dengan indah dan kuat dihatiku. Namun
kurelakan semua karna-Nya.
Aku tak akan pernah
menyalahkanmu tentang semua ini. Ini bukan salahmu. Karena aku tau, kau
tak pernah tau bahwa selama ini aku memendam rasa padamu. Aku hanya
menyimpannya sendiri, mengharap diri menjadi Fatimah yang mendambakan
Ali sang kekasih impian. Yah itulah aku. Mampu menutupi semua ini tanpa
seorang pun mengetahui.
Tadi saat aku baru saja usai mengisi di
sebuah komunitas menulis yang baru kami (aku dan 3orang temanku) rintis
“kamlibasta” komunitas menulis lima belas tahun. Aku mendapat satu
panggilan masuk dari nomor yang tak asing bagiku. Reikha.
Reikha merupakan sahabat dekat kita (aku dan kau) saat SMA dulu. Sarat
bahagia tampak terlontar dari intonasi bicaranya diseberang sana. Aku
sangat bahgia ketika Reikha bercerita bahwa dia akan menikah minggu
depan. Seketika tubuhku lemas tak berenergi saat dia menyebutkan nama
lelaki yang akan menikahinya. Tetapi kupaksakan bahagia untukmu
sahabatku, Reikha.
Kak Alfi. Nama yang tak lain adalah
milikmu. Nama telah mengkarat lekat hatiku. Ya,,Lelaki berkaca mata
minus yang membuatku sangat mengagumi dan mengharapkannya. Itulah kau
yang juga merupakan seniorku semasa SMA dulu.
Ya, mulai hari ini
kulepaskan kau dari hidupku… tak kan ku biarkan lagi namamu melekat
semakin erat dihatiku walaupun sulit. Biar itu menjadi kisahku saja..
Toh, aku bahagia setidaknya kau tidak salah memilih pendamping hidupmu.
Karena Reikha adalah sosok wanita yang sangat menginspirasiku untuk
menjadi sosok wanita lebih baik dan tegar seperti sekarang. Dia sangat
pantas untukmu.
Aku baru sadar dan percaya akan surat
cinta dari Allah itu, Lelaki yang baik (shaleh) untuk wanita baik
(shalehah) dan sebaliknya. Dan cintaku belumlah sekuat cinta Fatimah.. 1
pelajaran yang dapat ku ambil bahwa aku harus lebih memperbaiki diri
lagi, agar aku mendapat yang terbaik darinya.
Dan kini
benar-benar kulepaskan kau dengan ikhlas tanpa ada penyesalan lagi. Saat
mantra sakral itu pun terucap bibir lelaki Pilihan Allah itu, rasa haru
membanjiri ruangan yang berdekorasi meriah itu. Diselingi isak tangis
bahagia dan kicauan burung yang bersaing tuk mengucap selamat dihari
bahagiaku karena Allah telah menggantikanmu dengan lelaki pilihanNya.
Dengan sekejap, statusku pun berubah. Ini bukanlah sebuah pelarian.
-Kamar Kos November 2010-
Husna Linda Yani AY, mahasiswi Arsitektur Universitas Syiah kuala letting 2008
