oleh: Husna Linda Yani AY
Mmmm…. Harus mulai dari mana ya, aku ngejelasin semuanya ke kamu mas???batinku.
Aku takut jika aku berterus terang sekarang pasti kamu akan marah besar
dan meninggalkan ku mas. Jujur aku takut bila harus kehilangan kamu.
“Hei wi, kenapa melamun aja?” sambil melambaikan tangannya tepat didepan wajahku dengan senyuman khasnya.
“Hah, ia mas.” Aku tersadar dari lamunanku.
“Katanya ada hal penting yang mau disampaikan ke mas. Dari tadi mas nunggu penjelasan dari kamu, kamunya sibuk melamun mulu.”
“Mas tau kan akhir-akhir ini ayah selalu mempertanyakan status hubungan kita.” aku diam sejenak menunggu reaksi dari mas wisnu
“Ia wi, mas tau itu.” jawabnya parau
“Dan
tiga hari yang lalu, seorang laki-laki datang kerumah dan bertemu
dengan ayah. Lelaki itu ingin melamarku mas. Kelihatannya ayah sangat
senang dengan pemuda itu mas, Apalagi pemuda itu datang dengan teman
baik Ayah.”
“Aku sempat berjumpa dengan pemuda itu dan kami pun melewati lingkaran perbincangan itu sebelum ia meninggalkan rumah.”
“Terus,
apakah kamu mengenalnya dan mau menerima lamarannya???” Tanya mas wisnu
dengan nada yang berubah dan wajahnya tertunduk lemas dan cemas.
“Ntahlah
mas. Aku bingung. Aku tidak mengenali lelaki itu mas. Mas tau kan, aku
benar-benar mencintaimu, tapi aku lelah juga mas harus selalu beradu
argumen dengan ayah tentang masalah ini. aku ingin sekali memberi kurva
senyum di guratan wajahnya mas.”
“Aku bersikeras menolaknya. Namun
lelaki itu menunjukkan keseriusannya dengan memberiku tantangan yang
sangat sulit mas. Tak hanya untukku, tapi juga untukmu mas.”
“Memang apa tantangannya wi???”
“Dia bilang, dia akan mengurungkan niat lamarannya, jika dalam waktu tiga minggu ini kamu mau melamarku mas.”
“Apa???” Mas wisnu sangat terkejut mendengar itu. sambil bangkit dari posisi duduknya
“Kamu bercanda kan wi??? “ mencoba memastikan hal itu
“Nggak
mas, aku enggak becanda mas, ini serius. Kesannya sich memaksa mas,
tapi melihat kesungguhannya itu aku tak bisa berbuat apa-apa. Semua
keputusan ada ditanganmu mas. Maafkan aku” Jawabku lemas. Aku tak berani
menatap wajahnya.
“Pernikahan itu bukan main-main wi, dia harus
dipersiapkan sematang mungkin. Dan tidak dalam waktu yang tergesa-gesa
seperti ini. Itu tantangan gila wi. Aku belum siap dengan itu wi.” tegas
mas wisnu
“Mas, kita pacaran ini sudah lama mas.. aku pun ingin
hubungan kita melanjut ke pernikahan mas. Agar aku bisa membahagiakan
ayah mas.”
“Ayah kamu, Ayah kamu,dan Ayah kamu yang terus kamu
pikirkan. Kamu bahkan tidak memikirkan aku dan keluargaku wi.” bentak
mas wisnu dengan nada yang semakin meninggi
“Mas, kenapa kamu
begitu. Aku tidak menyangka mas. kamu setega itu tak seperti yang
kukenal. Aku kecewa padamu mas. sambil berlalu meninggalkan mas wisnu.
Setelah
kejadian itu aku dan mas wisnu tak pernah berinteraksi. Aku sebanarnya
sedih. Namun setelah mengikuti saran dari temanku untuk beristikharah
akhirnya aku pun menyetujui perjodohan ini.
Semalam aku mendapat sms terakhir darinya. Selamat menempuh hidup baru dik, maaf kan mas mu ini. mas sudah merelakan semua ini.
Aku yakin inilah pilihan yang terbaik dari Allah agar ku terbebas dari
pacaran dan bisa membahagiakan orang tuaku. Kulihat senyum mengembang
diwajah ayah saat prosesi rapalan mantra sakral itu terucap. Dan
teduhnya wajah kekasih baruku itu.
