Penjabat Gubernur Aceh Tarmizi A Karim akhirnya tiba di Aceh. Tarmizi
dan rombongan tiba di Bandar Udara Sultan Iskandar Muda Blang Bintang
sekitar pukul 11.00 WIB, Jumat 10 Februari 2012. Setelah istirahat dan
peusijuek di rumah dinas Gubernur Aceh, Tarmizi menjadi Khatib Jumat di
Masjid Raya Baiturrrahman. Berikut salinan khutbah pertama Tarmizi
setelah menjabat Pj Gubernur Aceh.
SYARI’AT ISLAM, KONSEPSI PERADABAN PARIPURNA.
Oleh: Ir. H.Tarmizi A Karim, M.Sc
Firman Allah dalam Surat An Nisa’ 174-175 yang artinya: “Hai
manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari
Tuhanmu. (Muhammad dengan mu’jizadnya) dan telah Kami turunkan
kepadamu cahaya yang terang benderang”.
“Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh
kepada (Agama)-Nya niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat
yang besar dari-Nya (Surga) dan limpahan karunia-Nya. Dan menunjuki
mereka jalan yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya”.
MARILAH kita menundukkan batin kita, agar senantiasa bersyukur kepada
Allah dengan sedalam-dalam syukur atas rahmat dan karunia-Nya, sebagai
cerminan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Seiring rasa syukur itu, mari
kita bershalawat dan menyampaikan salam kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW.
Kita tidak hidup se-zaman dengan Rasulullah, periodenya telah berlalu, Nabi Muhammad SAW telah wafat 1.400 tahun lalu.
Apa yang ditinggalkan oleh Rasul? Yaitu “Nuuran Mubiina” (cahaya yang
amat nyata) cahaya ini yang telah menerangi peradaban yang belum pernah
ada sebelumnya. Inilah cahaya pembatas antara yang haq dan yang bathil,
inilah ISLAM, peradaban yang paripurna.
Ali bin Abi Thalib dalam Kitab Nahjul Balaqhah yang disahih oleh
Muhammad Abdullah mengatakan: “Permulaan agama adalah mengenal ALLAH
(ma’rifatullah), kesempurnaan dalam menganal-Nya adalah membenarkan-Nya;
kesempurnaan tasdiq adalah mengesahkan-Nya; kesempurnaan tauhid adalah
memurnikan niat ikhlas untuk-Nya”.
Rasulullah memiliki kesempurnaan akhlak, dengan akhlak mulia itu dalam
waktu singka Rasulullah telah mampu membangun generasi yang amat
tangguh, yaitu generasi yang mempunyai keikhlasan dalam beriman dan
beramal shaleh, generasi yang tumbuh dan berkembang dalam gemblengan
ajaran islam. Seperti diungkapkan oleh Ibnu Khaldun: “Fitrah manusa
hanya akan tumbuh dan berkembang dengan bimbingan Islam”. Manusia
adalah makhluk sosial yang eksistensinya diakui karena adanya relasi
timbal balik dengan orang lain.
Dalam interaksi itu tumbuh pemahaman bahwa manusia tanpa keyakinan
adanya Tuhan akan mengalami Kehampaan Spiritual. Tidak ada jawaban lain
atas krisis yang melanda negeri dan umat manusia sekarang ini, selain
karena manusia telah lari dari kefitrahannya, lepas dari bimbingan
Islam, batinnya sangat dahaga, jauh dari siraman oase ruhani, ruhnya
menjerit kepanasan tanpa ada naungan dari teriknya kesesatan, dihela
oleh hawa nafsu, mengarungi padang pasir yang tandus dengan bukit dan
lembah-lembah yang curam. Manusia ini telah dikuasai keganasan hawa
nafsu, jiwanya guncang, stress, gundah gulana, dan bahkan tidak sedikit
yang mengakhiri perjalanan hidup dengan bunuh diri.
Syariah Islam pada hakekatnya adalah sebuah konsepsi peradaban
paripurna dibawah Al-Qur’an, yang akan mampu membimbing manusia dari
cengkeraman hawa nafsu menjadi Manusia Agung yang lebih dari sekedar
makna kelahiran manusia secara fisik. Al-Quran telah melahirkan bagi
manusia pandangan yang baru tentang alam dan kehidupan; tentang nilai
dan tatanan, sebagaimana pula Al-Quran telah melahirkan peradaban
manusia. Sebuah realita social yang unik, menjadi mulia hanya
semata-mata karena Kemahamuliaan dari sumber hadirnya manhaj syariat
tersebut.
Fundamental syariat yang dibawakan Al-Quran dalam genggaman Allah yang
Allah teruskan kepada jiwa yang suci (Muhammad SAW), menawarkan sebuah
realitas social yang bersih dan indah: yang bebas dari hasrat dengki dan
khianat; dendam dan permusuhan. (Sayyid Quthb).
Segala bentuk keguncangan yang kita alami di dunia ini karena lepasnya
kita dari bimbingan Islam dari kefitrahan manusia, hilangnya kasih
sayang, putusnya silaturahim, putusnya hubungan dengan Allah.
Dalam sebuah hadits riwayat Anas R.A Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya rahim itu ikatan yang kokoh dengan arsy yang berbicara
dengan bahasa pasif “Ya Allah, sambunglah orang yang menyambungku dan
putuslah orang memutusku”. Allah berfirman: Aku lah AR-RAHMAN dan
akulah AR-RAHIM, sesungguhnya Aku mengelurkan (Kata) RAHIM dari namaKu,
siapa yang menyambung Aku menyambungnya, dan siapa yang memutus maka Aku
juga memutuskannya. (HR.Bukhari).
Islam bukanlah agama paksaan yang membuat manusia jadi tertekan dengan
beban yang mampu dijalaninya. Islam member ruang gerak kepada umat
manusia secara bebas. Islam adalah agama yang mengajarkan kosistensi
dalam berbuat amal shaleh, karena yang lebih Allah cintai amal perbuatan
manusia adalah amal ibadah yang walaupun kecil tapi dilakukan secara
terus-menerus.
Inilah rahmat besar, yang tidak ternilai denga ukuran nilai materi
keduniaan apapun, yang telah Allah taqdirkan di Nanggroe Aceh Darussalam
dengan Syariat Islam ini.
Di Aceh Darussalam, Allah telah pancarkan oasis, mata air yang bening,
kemilau melepaskan kita dari dahaga dalam perjalanan yang melelahkan.
Di kampung-kampung dan setiap pelosok Aceh ini masih bergema ‘kalimah
thayyibah’, pesantren-pesantren, sekolah-sekolah, majelis-majelis zikir
masih hidup dan terus berkembang memastikan bahwa Aceh adalah “Serambi
Mekah”. Beribu-ribu santri dan anak-anak lulusan sekolah agama dan
umum terus mengukir prestasi sebagai generasi Qur-ani. Mereka adalah
generasi masa depan yang membutuhkan perhatian kita, uluran tangan kita
semua; membutuhkan perhatian yang sangat utama dari pemerintah, untuk
menyelamatkan mereka dan menjadi kan mereka generasi yang tangguh,
paripurna, dan berkarakter Islam.
Tidak ada kecuali sebagai orang beriman, sebagai khaliga Allah di muka
bumi ini kita dituntut untuk melakukan amal shaleh. Membangun Nanggroe
Aceh Darussalam dalam bingkai syariat Islam dengan menyelamatkan
generasi yang kita maksud di atas. Itulah, makhluk hidup di bumi ini
dalam masa yang singkat, kita harus mampu mengukir karya besar dan
terbaik yang menjadi amal shaleh. Karena Allah SWT akan menguji siapa
yang paling bagus amalnya.
“Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerjaa, dan Dia Maha
Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia
menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia
Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. QS. Al Mulk Ayat 1-2”.
“Diantara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan
Hari kemudian, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang
beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman,
padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.
Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan
bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta:” Janganlah
kamu membuat kerusakan di muka bumi”. Mereka menjawab: “sesungguhnya
kami orang-orang yang mengadakab kebaikan”. Ingatlah, sesungguhnya
mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak
sadar. (QS. Al Baqarah: 8-12).
Sebagaimana juga Allah berfirman dalam surat Al Balad, yang artinya:
“atau memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada
hubunga kerabat, atau kepada orang miskin yang sangat fakir. Dan dia
termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan
saling berpesan untk berkasih sayang. Mereka (orang-orang yang beriman
dan saling berpesan itu) adalah golonga kanan. Dan orang-orang yang
kafir kepada ayat-ayat Kami, mereka itu adalah golongan kiri. Mereka
berada dalam neraka yang ditutup rapat”. (Qs. Al-Balad: 14-20).[]