HTI dan JIL Kompak Kritisi Kemenangan Gaza

HTI dan JIL Kompak Kritisi Kemenangan Gaza

Di tengah rasa suka cita rakyat Gaza dan faksi perjuangan Palestina yang dimotori oleh Hamas dan Jihad Islam, ternyata tidak sedikit yang menyampaikan kritik atas hal tersebut. Dalam perang selama 8 hari, sekitar 130 warga dan Mujahidin Palestina telah syahid, insya Allah. Berdasarkan perjanjian gencatan senjata antara Palestina dan Israel, nampak bahwa seluruh syarat yang diajukan Palestina terhadap proses gencatan senjata dipenuhi oleh Israel, yakni penghentian serangan rudal ke wilayah Gaza dan pembukaan blokade Gaza yang berlangsung sejak 2007.

Atas pemenuhan seluruh syarat gencatan senjata yang diajukan Palestina tersebut, parlemen Israel menyatakan kemarahannya terhadap rezim Zionis Benjamin Netanyahu.

Hal inilah yang membuat seluruh rakyat Gaza menyatakan kegembiraan dan menyatakannya sebagai kemenangan. Perdana Menteri Ismail Haniyah bahkan menetapkan hari gencatan senjata kemaren sebagai hari libur nasioanal Palestina.

Namun, kemenangan ini tidak serta-merta disambut positif semua pihak. Jaringan Islam Liberal dan kader Hizbut Tahrir Indonesia menyampaikan kritik atas kemengan Palestina tersebut.

Zuhairi Misrawi, salah satu tokoh Jaringan Islam Liberal yang sering diundang ke berbagai media sebagai pengamat Timur Tengah melalui Twitternya menanggapi dingin kemenangan Palestina dan perayaan sukacita warga Gaza yang telah diblokade selama 5 tahun.

“Hamas merayakan kemenangan, padahal warga mereka yangg wafat lebih 130 orang. Di mana ya hati nurani mereka?” demikian tweet mantan mahasiswa Al Azhar yang tidak lulus tersebut.

Seorang followernya, Afwan Riyadi, yang merupakan vokalis utama Izzatul Islam menanggapi pernyataan Zuhairi, “Surabaya ’45 juga kita rayakan.”

“Kita yang tewas ribuan, tapi kita tetap bersorak dengan kemenangan bukan? dan kita tiap tahun peringati sebagai HARI PAHLAWAN NASIONAL,” tulisnya.

Gencatan Senjata dan Pembukaan Blokade Bukan Kemenangan

Sementara itu, di media sosial, kader-kader Hizbut Tahrir Indonesia juga menyatakan hal yang serupa. Gencatan senjata dan pembukaan blokade Gaza yang sudah berlangsung 5 tahun bukanlah kemenangan, meskipun rakyat gaza suka cita merayakannya.

Siti Nafidah Anshory, Ketua Muslimah DPD I Hizbut Tahrir Indonesia Jawa Barat mengatakan, “Akar masalah Palestina adalah “adanya tanah kaum Muslimin yang dirampas”. Solusi syar’iy atasnya adalah jihad, baik jihad yang bersifat defensif seperti dilakukan hari ini, maupun dengan jihad ofensif dibawah komando seorang khalifah yang akan mengerahkan seluruh potensi umat Islam di negeri-negeri Muslim, termasuk angkatan bersenjatanya. Jadi, tidak ada kata “perundingan”, tidak ada kata “damai”, atau “solusi jalan tengah” bagi Yahudi. Kecuali jika mereka mau menyerahkan tanah yang telah dirampas kepada pemiliknya, yakni umat Islam.”

Salah seorang oknum kader HTI lain yang bernama Alwindra Al Fatih, secara keras mengkritisi kemenangan rakyat Gaza dengan mengatakan, “Ungkapan paling bodoh yang terdengar adalah “Gaza Menang!” Dimana kemenangannya, wahai kaum Muslimin? Seratusan nyawa Muslim terbantai! Belum lagi yang cacat dan terluka berat! Dimana pikiran kalian sehingga menyatakan Gaza menang? Sungguh telah buta mata kalian melihat realitas yang telah terjadi.”

“Maka jangan perdulikan mereka dan ingatlah hanya khilafah dengan khalifahnya sajalah yang akan melindungi nyawa, tanah, dan kehidupan kaum Muslimin di manapun ia berada. Jauh beda dengan penguasa saat ini yang menipu kita dengan retorika palsu lagi murahan!”

Menanggapi hal tersebut, seorang pengguna sosial media bernama Ibnu Hasan Aththobari mengatakan, “Kalau kita ingin menyampaikan nasehat, berikanlah dengan cara yang baik, ungkapan yang santun yg membuktikan ruhama dan mahabbah kita kepada sesama Mukmin, jangan seperti ungkapan di status. Jika maksud kita baik-pun akan susah diterima oleh orang yang kita maksud karena sudah menyesakkan dada mereka.”

“Cobalah kita belajar saling memberi respek saling menghargai sesama putra-putrra harakah. Kita mulai dari mengkomunikasikan berbagai persoalan dengan cara yang ihsan dengan saudara kita yg menjadi kawan kita di Facebook ini yang berbeda manhaj harakahnya. Jika ini bisa terjalin baik, maka insya Allah banyak maslahat yang akan kita dapatkan baik di dunia maya sampai di dunia nyata. Semoga,” pungkasnya.

Gencatan Senjata untuk Fokus Menghadang Suriah

Sedangkan menurut ketua DPP Hizbut Tahrir Indonesia Farid Wadjdi, gencatan senjata antara Palestina dan Israel bertujuan untuk melindungi entitas Yahudi dari Suriah yang sedang bergolak.

“Agresor Zionis Yahudi ini bisa lebih memfokuskan pasukannya untuk front utara Dataran Tinggi Golan yang berbatasan langsung dengan Suriah,” ungkapnya sebagaimana dikutip Media Ummat.

Menurutnya, Israel merasa perlu secara khusus mempersiapkan diri di front utara, mengingat semakin menguatnya posisi mujahidin di Suriah. Di sisi lain, rezim Assad yang selama ini sukses mengamankan front utara selama 40 tahun lewat perjanjian damai dengan Israel berkaitan dengan Dataran tinggi Golan semakin diambang kehancuran.

Sedangkan di sisi lain, menguatnya mujahidin Suriah dengan tuntutan penegakan khilafah sangat menakutkan Amerika termasuk Zionis Israel. “Berdirinya khilafah akan menjadi ancaman nyata bagi eksistensi penjajah Zionis,” pungkasnya.

sumber: fimadani.com

Share this