Prabowo Subianto terancam tak bisa berlaga dalam pemilihan presiden pada 9 Juli nanti.
Musababnya, tak ada partai politik yang mau berkoalisi dengan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), partai pengusung mantan Komandan Jenderal Kopassus TNI Angkatan darat itu.
“Kejadian pada Pemilu 2009 akan menimpa Prabowo lagi,” kata Nico Harjanto, Ketua Yayasan Populi Centre, kepada Tempo pada Jumat, 25 April 2014.
Ia menjelaskan, kala itu Prabowo sebenarnya ingin menjadi calon presiden.
Ambisi ini terhalang fakta politik tak ada partai lain yang mau menyokong dia.
Lalu, mengapa Prabowo bisa dijauhi partai lain? Nico punya penjelasan. Ketua Umum Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) periode 2013-2016 ini menduga itu lantaran gaya komunikasi politik Prabowo yang terkesan intimidatif. “Main klaim dan lain-lain,” ucapnya. Prabowo juga memiliki patokan tinggi yang tak bisa ditawar. Hal itu membuat calon kawan koalisi menjadi tak nyaman.
Sejauh ini, Gerindra, yang menangguk 11 persen dalam pemilu legislatif lalu, baru menjalin kerja sama dengan Partai Persatuan Pembangunan yang didorong oleh Ketua Umum PPP Suryadharma Ali. Belum sepekan usia kesepakatan, koalisi dibatalkan karena ditentang pengurus PPP lain.
Lewat Musyawarah Kerja Nasional PPP pada Rabu-Kamis lalu, koalisi dengan Gerindra dianggap tak ada. “Urusan dengan Gerindra biar menjadi urusan pribadi SDA (singkatan nama Suryadharma Ali),” kata Sekjen PPP Romahurmuziy
Musababnya, tak ada partai politik yang mau berkoalisi dengan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), partai pengusung mantan Komandan Jenderal Kopassus TNI Angkatan darat itu.
“Kejadian pada Pemilu 2009 akan menimpa Prabowo lagi,” kata Nico Harjanto, Ketua Yayasan Populi Centre, kepada Tempo pada Jumat, 25 April 2014.
Ia menjelaskan, kala itu Prabowo sebenarnya ingin menjadi calon presiden.
Ambisi ini terhalang fakta politik tak ada partai lain yang mau menyokong dia.
Lalu, mengapa Prabowo bisa dijauhi partai lain? Nico punya penjelasan. Ketua Umum Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) periode 2013-2016 ini menduga itu lantaran gaya komunikasi politik Prabowo yang terkesan intimidatif. “Main klaim dan lain-lain,” ucapnya. Prabowo juga memiliki patokan tinggi yang tak bisa ditawar. Hal itu membuat calon kawan koalisi menjadi tak nyaman.
Sejauh ini, Gerindra, yang menangguk 11 persen dalam pemilu legislatif lalu, baru menjalin kerja sama dengan Partai Persatuan Pembangunan yang didorong oleh Ketua Umum PPP Suryadharma Ali. Belum sepekan usia kesepakatan, koalisi dibatalkan karena ditentang pengurus PPP lain.
Lewat Musyawarah Kerja Nasional PPP pada Rabu-Kamis lalu, koalisi dengan Gerindra dianggap tak ada. “Urusan dengan Gerindra biar menjadi urusan pribadi SDA (singkatan nama Suryadharma Ali),” kata Sekjen PPP Romahurmuziy