Media menjadi sorotan dalam beberapa waktu terakhir terkait pemberitaan yang dinilai kurang bijak oleh beberapa pihak. terakhir, terjadi pemberitaan yang tendensius dan tanpa meminta klarifikasi terkait perayaan tahun baru di Pantai Casa Nemo, Sabang (Baca: Ini Klarifikasi Anggota DPRK Sabang Terkait Penyerangan Turis) dan beberapa pemberitaan tendensius lainnya tentang penegakan syariat Islam seperti penggeledahan warung kopi saat ada letusan kembang api yang membuat seolah-olah syariat Islam di Aceh sangat mengekang padahal dilapangan tidak tentu sama seperti yang digambarkan oleh media.
"Media Harus Bijak Dalam Pemberitaan"
Penggiat Komunikasi Publik di Aceh, Sayid Fadhil Asqar pun angkat bicara, ia menyesalkan sikap beberapa media yang kurang bijak dalam pemberitaan. Kita seharusnya bersatu dan bersama mewujudkan Syariat Islam tegak di Aceh.
Sayid mengaku cukup terganggu dengan pemberitaan ini apalagi dengan cara-cara yang tidak berimbang dengan fakta yang terjadi di lapangan.
"Media Harus Bijak Dalam Pemberitaan"
Menyoal beragam pemberitaan buruk soal larangan 'pesta tahun baru' di Aceh. Hal yang sangat mengganggu saya adalah fakta bahwa justru beberapa orang aceh dan media lokal yg dengan suka cita memberitakan dgn tdk bijak.
Sikap dan tindakan oknum, digeneralkan sebagai sikap daerah. Yang lebih menggelikan lagi, mereka juga orang2 yg sama yg mengkritik tentang penerapan Syariat Islam yg kata mereka setengah hati.
Entah ada apa dengan Aceh, dan negeri ini. Sepertinya sekelompok orang sedang berjuang utk memecah belah kenyamanan dan kerukunan hidup beragama.
Media jangan hanya bergerak di tataran mencari keuntungan dengan membuat sensasi sehingga banyaknya pembaca. tetapi, media juga harus berperan dan bertanggung jawab atas hak publik untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat dan valid dengan tujuan untuk mencerdaskan bangsa. (IR/SFA)