Mengapa kita perlu memikirkan konstruksi yang biasa menggunakan kayu beralih ke bambu ?
Krisis Global yang berkepanjangan memang
meresahkan masyarakat di seluruh dunia. Harga – harga kebutuhan pokok
terus meningkat seiring perubahan ketidakstabilan nilai rupiah di pasar
dunia. Tidak terkecuali harga bahan bangunan yang tentunya menyebabkan
harga pembangunan sebuah gedung ikut meningkat pula. Kalau dulu,
membangun rumah dengan kisaran harga 1 juta rupiah per meter persegi
masih dapat dilakukan. Sedangkan sekarang, paling tidak untuk membangun
rumah tinggal dengan standar mutu yang bagus dan representatif
kisarannya bisa mencapai angka 2.5 – 3 juta rupiah per meter perseginya.
Untuk itu, kita sebaiknya perlu mencari
cara yang pas agar kita dapat menekan ongkos konstruksi rumah tinggal
yang akan kita bangun. Kita perlu mencari cara dan kreasi yang lebih
unik agar hemat namun tetap terlihat sedap dipandang mata. Caranya
adalah dengan pengguanaan material yang tepat guna, hemat, dan
terjangkau. Misalnya dengan menggunakan dinding batako yang lebih murah
daripada batu bata. Lalu dengan cara merancang dinding yang bervariasi
dalam artian tidak semua dinding diplester dengan acian semen halus dan
cat, tapi ada variasi dan komposisi dinding yang mana yang memang
merupakan ekspose kasar dan yang mana yang halus. Dan dengan cara
penggunaan atap gelombang non-asbestos atau fiber semen yang tentu saja
jauh lebih murah dan ramah lingkungan ketimbang genteng beton ataupun
genteng keramik.
Namun, ada cara yang lebih mudah lagi.
Dengan melihat potensi Indonesia sebagai negara tropis yang kaya akan
sumber daya alam. Kita seharusnya dapat cukup jeli melihat potensi
sumber daya alam kita yang beraneka ragam ini. Sumber daya alam kita,
khususnya yang merupakan material bangunan yang paling banyak ditemui
adalah kayu. Akan tetapi, karena kayu harganya begitu mahal di pasaran,
kayu menjadi material yang terasa cukup mewah khususnya bagi masyarakat
menengah ke bawah yang ingin membangun rumah tinggal. Selain itu, isu
lingkungan seperti penebangan hutan secara liar membuat kita cenderung
untuk prihatin terhadap sumber daya alam kita yang semakin menipis ini.
Selain kayu, sebenarnya bahan lain yang
sering ditemui dan tumbuh dengan mudah di Indonesia adalah bambu. Bambu
dapat dengan mudah tumbuh dan berkembang di alam Negara kita ini.
Harganya pun murah dan terjangkau bagi siapa saja. Namun, memang benar
belum banyak orang yang melirik potensinya sebagai material alternatif
yang dapat kita gunakan sebagai elemen dekorasi rumah kita. Selain itu,
pengetahuan kebanyakan masyarakat kita terbatas tentang bambu pun
agaknya cukup terbatas. Kebanyakan dari kita hanya tahu bahwa bambu
hanya sebagai penghias rumah makan ataupun saung yang berada di
desa-desa. Padahal, kekuatan bambu yang misalnya digunakan sebagai
struktur utama memiliki kekuatan yang tidak kalah jauh kalau
dibandingkan dengan kayu. Bahkan dalam beberapa kasus tertentu bambu
kekuatannya lebih lentur daripada kayu.
Dari berbagai penelitian, struktur bambu
terbukti memiliki banyak keunggulan. Seratnya yang liat dan elastis
sangat baik dalam menahan beban (baik beban tekan/tarik, geser,
maupun tekuk). Fakultas Kehutanan IPB mengungkapkan fakta bahwa kuat
tekan bambu (yang berkualitas) sama dengan kayu, bahkan kuat
tariknya lebih baik daripada kayu. Bahkan, dengan kekuatan seperti
ini, jenis bambu tertentu bisa menggantikan baja sebagai tulangan
beton.
Sudah waktunya Indonesia mempunyai
standar bambu yang berlaku secara nasional dengan merujuk pada standar
bambu internasional yang sudah ada seperti, ISO 22156 (2004) dan ISO
22157-1: 2004 (E) yang disesuaikan dengan jenis bambu yang ada di
Indonesia. Langkah awal untuk maksud ini sudah dimulai dari di
Puslitbang Permukiman dengan menghadirkan para ahli/peneliti bambu dari
UGM, ITB, IPB, LIPI, PROSEA dan Puslitbang Permukiman yang hasilnya
dapat dipakai sebagai informasi awal untuk langkah-langkah selanjutnya
dalam merealisasikan standar bambu. Dengan tersedianya standar bambu
untuk bangunan diharapkan produk yang menggunakan bambu dapat lebih
berkualitas, lebih lama umur pakainya, seragam dalam penggunaannya,
dapat meningkatkan nilai tambah bambu sehingga dapat menggantikan peran
kayu di masa mendatang.
TUJUAN
Meminimalisir penggunaan kayu dengan
menggantinya dengan bambu, sehingga penggunaan kayu dan bambu seimbang
karena jumlah kayu di Indonesia semakin berkurang karena penebangan yang
terus – menerus.
JENIS BAMBU DI INDONESIA :
No. | Nama botani | Nama lokal | Daerah ditemukan |
1. | Arundinaria japonica Sieb & Zuc ex Stend. | - | Jawa |
2. | Bambusa arundinacea (Retz.) Wild. |
Pring ori | Jawa, Sulawesi |
3. | Bambusa atra Lindl. | Loleba |
Maluku |
4. | Bambusa balcooa Roxb. | - | Jawa |
5. | Bambusa blumeana Bl. ex Schul. f. | Bambu duri |
Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara |
6. | Bambusa glaucescens (Wild) Sieb ex Munro | Bambu pagar, cendani | Jawa |
7. | Bambusa horsfieldii Munro. |
Bambu embong |
Jawa |
8. | Bambusa polymorpha Munro. | - | Jawa |
9. | Bambusa tulda Munro. | - | Jawa |
10. | Bambusa vulgaris Schard. |
Awi ampel, haur |
Jawa, Sumatera, Kalimantan, Maluku |
11. | Dendrocalamus asper | Bambu petung |
Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi |
12. | Dendrocalamus giganteus Munro. | Bambu sembilang |
Jawa |
13. | Dendrocalamus strictur (Roxb) Ness. | Bambu batu |
Jawa |
14. | Dinochloa scandens O.K. | Bambu cangkoreh, Kadalan |
Jawa |
15. | Gigantochloa apus Kurz. | Bambu apus, tali |
Jawa |
16. | Gigantochloa atroviolacea | Bambu hitam, wulung |
Jawa |
17. | Gigantochloa atter | Bambu ater, jawa benel, buluh |
Jawa |
18. | Gigantochloa achmadii Widjaja. |
Buluh apus |
Sumatera |
19. | Gigantochloa hasskarliana | Bambu lengka tali |
Jawa, Bali, Sumatera |
20. | Gigantochloa levis (Blanco) Merr. | Buluh suluk |
Kalimantan |
21. | Gigantochloa manggong Widjaja. | Bambu manggong | Jawa |
22. | Gigantochloa nigrocillata Kurz | Bambu lengka, terung terasi |
Jawa |
23. | Gigantochloa pruriens | Buluh rengen |
Sumatera |
24. | Gigantochloa psedoarundinaceae | Bambu andong, gambang surat |
Jawa |
25. | Gigantochloa ridleyi Holtum. | Tiyang kaas |
Bali |
26. | Gigantochloa robusta Kurz. | Bambu mayan, temen serit |
Jawa, Bali, Sumatera |
27. | Gigantochloa waryi Gamble | Buluh dabo |
Sumatera |
28. | Melocanna bacifera (Roxb) Kurz. | - | Jawa |
29. | Nastus elegantissimus (Hassk) Holt. | Bambu eul-eul |
Jawa |
30. | Phyllostachys aurea A&Ch. Riviera | bambu uncea |
Jawa |
31. | Schizotachyum blunei Ness. |
Bambu wuluh, tamiang | Jawa, NTT, NTB, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi Maluku. |
32. | Schizotachyum brachycladum Kuez. | Buluh nehe, awi buluh, ute wanat, tomula |
Jawa, Sumatera, Sulawesi, Maluku |
33. | Schizotachyum candatum Backer ex Heyne | Buluh bungkok | Sumatera |
34. | Schizotachyum lima (Blanco) Merr. | Bambu toi | Sulawesi, Maluku, Irian Jaya |
35. | Schizotachyum longispiculata Kurz. | Bambu jalur |
Jawa, Sumatera, Kalimantan |
36. | Schizotachyum zollingeri Stend. | Bambu jala, cakeutreuk | Jawa, Sumatera |
37. | Thryrsostachys siamensis Gamble. | - | Jawa |
Kelebihan dan Kekurangan Bambu :
Kelebihan bambu sebagai bahan material :
- Mudah digunakan dan murah.
- Cara penyambungan cukup dengan paku dan ijuk yang kuat.
- Material yang sangat lentur dan dapat dengan mudah kita bentuk sesuai dengan keinginan kita.
Kekurangan bambu sebagai bahan material :
- Memiliki nilai keawetan yang cukup terbatas.
- Kanji / serbuk bambu biasanya sangat digemari rayap.
- Mutu bambu biasanya
dipengaruhi oleh masa potong bambu (pemanenan), perawatan dan
pengeringan bambu, dan pengawetan bambu.
Pemakaian Material Bambu Untuk Pembuatan Gazebo
Dalam modul ini saya
akan memaparkan tentang pembuatan GAZEBO yang akan saya rencanakan
terbuat dari 97 % bambu dan 3 % bahan selain bambu. Bambu yang akan
saya gunakan seluruhnya terbuat dari 3 jenis bambu, yakni bambu petung /
betung, bambu andong, dan bambu tali / apus. Ketiga jenis ini digunakan
untuk keperluan berbeda. Untuk kolom utama, menggunakan jenis bambu
betung / petung berdiameter 16 cm, untuk kuda-kuda menggunakan jenis
bambu andong berdiameter 10 – 12 cm.
Pada konstruksi gazebo ini kami menggunakan 2 macam sambungan :
a) menggunakan baut 12 mm.
b) menggunakan ijuk.
Mengapa kami menggunakan dua macam
sambungan. Karena jika menggunakan satu macam sambungan akan memiliki
kekurangan yang banyak, sehingga untuk menutupinya digunakan dua macam
sambungan agar lebih sempurna dan meminimalisir kekurangan dari
sambungan pertama ataupun kedua.
Untuk sambungan baut :
a) Ditinjau dari segi
fleksibelnya sambungan dengan baut terlihat rapi dan bersih sehingga
konstruksi bambu terlihat lebih bagus.
b) Menciptakan konstruksi yang
tidak kaku sehingga tahan terhadap gempa (karena konstruksi akan
bergerak mengikuti arah getar gempa).
Untuk sambungan tali ijuk :
a) Ditinjau dari segi arsiteknya
sambungan dengan menggunakan ijuk akan terlihat lebih indah dan
natural sehingga memberikan efek tenang.
b) Ikatan ijuk bagus dalam menahan beban ke samping.
LANTAI BAMBU :
Bila ingin menggunakan lantai dari bambu,
maka permukaan lantainya harus ditinggikan (minimal 40-50 cm dari
tanah) oleh sebab itu biasanya bangunan seperti ini berupa konstruksi
panggung.
DINDING BAMBU :
Biasanya untuk penggunaan dinding bambu
menggunakan anyaman bambu yang sudah dibelah – belah namun ada juga yang
menggunakan bambu utuh.
ATAP :
Untuk rumah bambu kebanyakan besar
menggunakan atap dari ijuk, daun kelapa/lontar/nipah, dan jerami karena
bahan tersebut murah dan mudah dalam pengerjaannya.
RENCANA GASEBO YANG AKAN DIKERJAKAN :
SIMPULAN
Rumah bambu tidak hanya identik dengan
bangunan desa atau kuno. Namun dengan seiring berkembangnya zaman, rumah
bambu dapat di modifikasi sedemikian rupa sehingga rumah bambu juga
mendapat kesan minimalis, modern, dan natural. Walaupun rumah bambu
dianggap bangunan tidak kokoh oleh masyarakat awam tetapi sebenarnya
rumah bambu sangatlah kokoh karena dapat meredam gempa.
SARAN
- Untuk kedepannya diharapkan
Indonesia mempunyai standar bambu yang berlaku secara nasional dengan
merujuk pada standar bambu internasional yang sudah ada seperti, ISO
22156 (2004) dan ISO 22157-1: 2004 (E) yang disesuaikan dengan jenis
bambu yang ada di Indonesia.
- Dalam membuat konstruksi
bangunan jangan hanya terpaku pada kayu atau bahan lain yang sifatnya
terbatas tapi kita juga harus melirik bambu dikarenakan bambu juga tidak
kalah mutunya dengan yang lain dan harganyapun cukup terjangkau.