Menanggapi Tulisan "Harusnya PKS Tidak Seperti Itu"

Menanggapi Tulisan "Harusnya PKS Tidak Seperti Itu"

Penulis: Dian Setyawati (Mahasiswi FISIP UI)

Seorang adik kelas meminta pendapat saya tentang sebuah tulisan yang sudah banyak beredar dipublik. Yang menurut saya tulisan ini adalah cacat karena tidak ilmiah:

http://m.kompasiana.com/post/read/647710/1/harusnya-pks-tidak-seperti-itu-.html

Berikut tanggapan saya terkait tulisan Mas Fahrizal Aziz tersebut:

Saya sendiri tidak menyepakati gagasan utama yang dibawa bahwa setiap parpol tidak perlu saling serang parpol lain. Lebih khusus di singgung bahwa PKS menjatuhkan nama baik PDIP.

1. Tulisan Mas Fahrizal sebenarnya cukup di bahas dengan satu teori saja. Yang menurut saya ini sudah sering dibahas oleh para pengamat di TV. Yakni tentang black campaign dan negative campaign.

Black campaign adalah kampanye yang dilakukan untuk menyerang lawannya dengan meniupkan isu bohong, menghina dengan gagasan irasional tanpa data, fitnah, dan adu domba.

Sedangkan Negative campaign adalah kampanye menyerang lawan dengan mengemukakan aspek negatif/kegagalan dari lawan.

Dan para pengamat bersepakat bahwa hal-hal terkait negative campaign memang justru harus diperbanyak sebagai fungsi controlling aktor-aktor politik.

Saya binggung kenapa Mas Fahrizal begitu jengah dengan kerja-kerja Kader PKS yang menyebar luaskan grafik korupsi (berbasis data loh) dan jengah terhadap kultwit Fahri Hamzah tentang Megawati (Yang menjual BUMN dg harga murah, Indosat, Tanker VLCC, yang pernah di BC lalu).

Hal-hal itu adalah negative campaign yang berbasis data. Kalau di kelas Mas Efendi Ghazali, beliau selalu koar-koar negative campaign ini harus banyak dilakukan biar pemimpin ingat dosa dan merasa di evaluasi. Publik pun semakin cerdas dan kritis.

2. Mas Fahrizal bilang, "Sudahlah sebuah parpol tidak perlu mengkritik parpol lain, cukup yang mengkritik media dan masyarakat saja." Heeei, media kita sekarang berpihak dan masyarakat kita masih belum cerdas.

Dalam politik sah-sah saja. Justru sangat dianjurkan kritik hadir dari lawan politiknya. Biasanya kritik dari lawan politik itu pasti kritik yang memang berkualitas tidak main-main. Makanya ada istilah oposisi.

Kembali ke kampanye, intinya tinggal bagaimana agar kita tidak menggunakan black campaign (memfitnah dan menghina dengan irasional).

Nah, sekarang tagar #TolakPartaiPoligami dan mengkaitkan angka tiga dg salah satu tubuh wanita. Ulah siapa? Kampanye seperti ini yang harus dikritisi.

3. Terkait PKS yang mempublikasikan prestasinya sebagai partai dengan v korupsi rendah. Menurut saya ini sah-sah saja. Kenapa menurut Mas Fahrizal ga boleh? Mas Fahrizal ini sepertinya ga belajar politik.

Dalam politik, aktor-aktor politik memang harus melakukan komunikasi politik. Mereka harus mengkomunikasikan kebijakan yang mereka ambil dan prestasi mereka.

Kesimpulan:
Opini Mas Fahrizal Aziz ini ga pakai landasan teori, ga ada pakemnya, jadi gagal dalam menangkap dan menyimpulkan fenomena yang ada.

Apakah parpol yang membuat "sakit hati" parpol lain (cie PDIP sakit hati), lantas dengan mudah menuduh parpol itu (PKS) melakukan politik yang tidak etis, padahal berbasis data. Makanya penting untuk tiap kita menggunakan landasan teori.

Sumber: Istimewa

Share this