Kisah Kampus yang Membangun Negara

Kisah Kampus yang Membangun Negara
PERLIS merupakan negara bagian terkecil di Negara Malaysia. Letaknya di bagian utara Malaysia, berbatasan langsung dengan Thailand. Secara geografis, Perlis punya banyak persamaan dengan beberapa kota di Indonesia, terutama Aceh.
Sewaktu pertama kali menginjakkan kaki di Perlis (saya berangkat dari Banda Aceh menuju Penang dan melanjutkan perjalanan via highway sekitar tiga jam menuju Perlis), saya rasakan bahwa Perlis sangatlah berbeda dengan beberapa kota yang pernah saya kunjungi di Malaysia.
Kisah Kampus yang Membangun Negara
Kehidupan yang sederhana, perkebunan karet, dan pertanian, dataran rendah yang dikelilingi perbukitan kapur, itulah yang menonjol di Perlis. Namun, Universiti Malaysia Perlis (Unimap) telah membawa perubahan besar bagi perkembangan Kota Perlis secara keseluruhan.
Unimap merupakan universitas negeri ke-12 yang baru dibangun Pemerintah Kerajaan Malaysia. Unimap sekarang memiliki 14.000 mahasiswa, sekitar 1.000 dosen, dan 2.000 staf administrasi serta teknisi. Letak Unimap menyebar di seluruh Perlis. Hampir di setiap sudut kota terdapat bangunan milik Unimap. Mulai dari main campus di Pauh, apartemen mahasiswa di Sungai Chucoh, Pusat Bahasa Antarbangsa di Kangar, hingga ke Arau yang terdapat pusat teknologi. Ada lagi pengelolaan teknologi pertanian di Padang Besar.

Perencanaan yang matang saat membangun Unimap membuat beberapa bangunan berfungsi dengan baik meskipun jarak antarkampus berjauhan. Rata-rata perjalanan antarkampus 30 menit menggunakan shuttle bus gratis. Apartemen mahasiswa atau unicity dibangun di daerah Sungai Chucoh yang sebelumnya hanya dataran biasa, tak ada kehidupan ramai. Namun, dengan dibangunnya kampus, daerah Sungai Chucoh kini telah ramai dan kehidupan ekonomi masyarakat sekitar pun meningkat karena permintaan kebutuhan mahasiswa yang rutin seperti makanan, pakaian, dan berbagai keperluan akademik lainnya.

Selain beberapa pembangunan kampus, Unimap juga memiliki perkebunan ratusan hektare yang menerapkan konsep teknologi hasil pertanian. Di antaranya perkebunan mangga harum manis yang dikelola dengan teknologi untuk pengaturan cuaca sehingga mangga yang dihasilkan dapat dinikmati setiap hari tanpa perlu menunggu musimnya. Mangga harum manis adalah produk unggulan dari Perlis yang dikelola melalui penelitian dan pengabdian dosen beserta mahasiswa Unimap serta atas dukungan masyarakat. Produk ini telah diekspor ke beberapa negara sahabat, termasuk ke Indonesia.

Unimap memang sengaja dibangun menyebar, agar pembangunan Perlis pun tersebar, tidak berpusat di satu wilayah saja. Perlis membangun daerahnya dengan konsep pemerataan daerah. Pemerintah pusat membangun jalan tol untuk menyambungkan antarkota di seluruh Malaysia, sebuah perpaduan kerja sama pembangunan yang terencana dan diimplementasikan dengan baik.
Unimap sangat banyak menyediakan kesempatan untuk masyarakat sekitar mencari kerja, mulai dari posisi security, hingga dosen, dan beberapa pejabat kampus lainnya. Selain itu, pengerjaan beberapa paket pembangunan sebagian besar dilakukan atas kerja sama masyarakat sekitar dengan pemerintah untuk memajukan perekonomian masyarakat dan ikut sama-sama membangun Perlis.
Kampus ini menjadi institusi yang mencetak lulusan sebagai agent of change, baik berlaku untuk diri mahasiswa tersebut, maupun untuk masyarakat sekitar, dan untuk negara. Kampus Unimap juga memberi impact yang positif bagi perkembangan daerah sekitar, tidak hanya dari sisi ekonomi, tapi juga secara tata kelola dan moral masyarakat.

Nah, di kampus inilah saya menjadi dosen tamu selama sebulan dalam acara Asia Summer Program (ASP) 2014 yang mempertemukan mahasiswa dan dosen dari seluruh Asia, Inggris, dan Amerika Serikat untuk sama-sama belajar tentang berbagai hal di Asia dengan tema “Perspective of Asia”. Saya mewakili Indonesia dan Aceh mengajar materi “Information System for Business Administration in AFTA 2015”. Berdasarkan latar belakang pendidikan saya di bidang Teknologi Informasi dan Bisnis, saya mengajar mahasiswa dari beberapa negara untuk membangun mindset bisnis lokal berbasis teknologi untuk menyambut ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015.
Pelajaran yang saya petik saat megajar di sini adalah bagaimana kampus harus memiliki dampak yang sangat positif bagi kemajuan daerah dan masyarakatnya. Sehingga pendidikan memberikan manfaat menyeluruh bagi masyarakat, tidak hanya bagi mahasiswa dan pemerintah. Prinsip pola pembangunan yang mempertemukan pemerintah sebagai policy maker, institusi pendidikan yang menerapkan people development, serta industri sebagai economic mover menjadi pola segitiga emas yang diterapkan di Unimap. Kalau ingin cepat maju, kampus-kampus di Aceh sedianya meniru pola hubungan postif yang seperti ini.
[email penulis: jurnalis_jh@yahoo.com]

OLEH JURNALIS JH MBA, Dosen Teknologi Informasi (IT), berasal dari Aceh dan menjadi Visiting Lecture di Universiti Malaysia Perlis (Unimap), melaporkan dari Perlis

Share this