Aksi brutal diperlihatkan anggota polisi plus suporter di Stadion Beringin Tembilahan, Riau, sore kemarin. Petugas keamanan yang seharusnya mengamankan pertarungan, ternyata malah menyerang pemain PSAP Sigli saat dijamu tuan rumah Persih Tembilahan. Dalam duel itu, Reza Fandi dkk takluk 0-2.
Peristiwa pemukulan terhadap Suryadi Karimuddin cs diawali ketika punggawa Sigli meminta wasit asal Jakarta, Noviar Ikhsan agar tak membela tuan rumah Persih. Permintaan supaya wasit fair dilakukan Mousa Traore dkk saat pertandingan telah memasuki masa istrirahat.
Namun, saat terjadi dialog antara pemain PSAP dengan wasit. Tanpa diduga puluhan personil polisi menyerbu pemain PSAP. Sehingga duel tak seimbang antara pemain dengan polisi tak dapat dielakkan. Dalam perkelahian yang berlangsung 15 menit itu, para pemain PSAP dipukul baik dengan tinju, tendangan kaki serta dengan pentungan.
Akibatnya, Sayuti dan Reza Fandi harus mendapatkan perawatan medis setelah dipukul polisi. Namun, perkelahian itu berhasil dileraikan usai datang personil polisi lain yang dibantu TNI.
Ternyata, setelah dipukul anggota polisi, musibah untuk Arifin dkk tak begitu saja berakhir. Pasalnya, ketika pemain PSAP menuju ke arah bench, ribuan penonton yang memadati tribun utama langsung beraksi. Kali ini, anak-anak Sigli dilempari botol minuman mineral, batu-batuan plus benda-benda tajam.
Lemparan dari penonton seperti dibiarkan oleh petugas keamanan di Stadion Beringin. Di tengah hujan lemparan, Pengawas Pertandingan (PP), Khairul Agiel memanggil ofisial dari kubu PSAP Sigli, agar permainan bisa dilanjutkan di babak kedua. Praktis, selama masa jeda, Ikhwani cs tak bisa beristirahat setelah bermain selama 45 menit.
Sebelumnya, ketika perangkat pertandingan yang sengaja mengerjai tim tamu. Arsitek tim PSAP, Anwar langsung mendatangi PP Khairul Agiel dan juga asisten wasit, Dwi Wiratmoko meminta supaya wasit Noviar memimpin dengan fair. Ternyata, permintaan itu tak direspon.
Seperti telah diprediksikan, pertandingan petang kemarin tak lepas dari buruknya kepemimpinan wasit Noviar Ikhsan. Dibantu dengan dua hakim garis, Dwi Wiratmoko dn Dinan Lazuardi, mereka seperti cukup kompak untuk mengerjai PSAP. Setiap serangan Osas Saha dkk ke arah tuan rumah langsung diangkat bendera off-side. Sehingga, aksi dari perangkat pertandingan membuat pemain PSAP frustasi.
Di tengah kefrustasian itu, tuan rumah melalui striker asing asal Argentina, Leonardo Adrian Veron sukses membobol gawang PSAP yang dijaga Agus Rohman. Pasca gol itu, Agus Rohman terpaksa ditarik ke luar karena tangannya mengalami terkilir akibat diinjak oleh Veron.
Pelatih PSAP, Anwar mempercayakan Fakhrurrazi menjadi kiper kedua. Sehingga pada menik ke-34 gawang PSAP kembali bobol. Kali ini, gol kedua lahir dari tandukan mantan pemain PSAP, Gbeneme Friday usai memanfaatkan umpan Ricky Ohorella.
Memasuki babak kedua, kepemimpinan wasit Noviar Ikhsan tidak juga berubah. Sebaliknya dua hakim garis, Dwi Wiratmoko beserta Dinan Lazuardi lebih memilih untuk bersikap fair. Namun, perubahan itu tetap menyulitkan Bustami dkk untuk mencetak gol.
Sebenarnya, pada babak kedua, anak-anak Sigli bisa tampil dominan. Bahkan, di 45 menit itu, tim PSAP memiliki tiga peluang emas yang seharusnya menjadi gol. Kans itu diperoleh Osas Saha, Sayuti plus Ikhwani. Misalnya, tendangan Ikhwani dalam kotak penalti membentur tiang gawang Agus Salim Takwin, kiper Persih Tembilahan.
Setelah pertandingan selesai, ternyata suporter tuan rumah masih saja melakukan aksi melempar terhadap pemain PSAP. Persisnya, saat Pondra dkk sedang naik ke bus untuk pulang ke hotel. Tiba-tiba, ratusan penonton melempar bus. Aksi tersebut membuat kaca bus pun menjadi pecah.
Melihat kondisi tak menguntungkan, Pelatih Anwar meminta anak-anak untuk kembali ke lapangan. Usai mendapat pengawalan dua truk polisi dan POM, anak-anak Sigli baru kembali ke penginapan.
Di luar dugaan, ketika pemain PSAP, ofisial dan Pelatih PSAP, Anwar plus asisten, tiba di Hotel Nuriah Tembilahan, pendukung tuan rumah malah mengepung penginapan PSAP. Aksi pengepungan itu baru berakhir pada pukul 20:30 WIB. Menyusul aksi suporter tuanrumah, maka polisi harus menempatkan anggotanya untuk menjaga pemain PSAP.
Peristiwa pemukulan Wahyudi dkk petang kemarin setidaknya mengulang tragedi tahun 2007. Kala itu, PSAP masih bermain di level kompetisi divisi I. Ketika itu, tawuran terjadi antara pemain tim PSAP dengan penonton usai pertandingan.
Tawuran saat itu dipicu setelah pemain bawah PSAP asal Makassar, Gandy dikeroyok penonton. Tak terima perlakukan penonton, pemain PSAP semisal Tarmizi Rasyid, Hendra Saputra, Helmi Daud, Mulyadi, serta yang lain balik melakukan perlawanan. Dalam pertandingan ketika itu, PSAP kalah 0-1 setelah gol Helmi Daud dianulir wasit. (naz)
bagi para pengunjung yang berbaik hati kepada kelangsungan blog ini,,,ingat, membantu blog ini tidak merugikan anda,,, harap klik salah satu iklan dibawah
Peristiwa pemukulan terhadap Suryadi Karimuddin cs diawali ketika punggawa Sigli meminta wasit asal Jakarta, Noviar Ikhsan agar tak membela tuan rumah Persih. Permintaan supaya wasit fair dilakukan Mousa Traore dkk saat pertandingan telah memasuki masa istrirahat.
Namun, saat terjadi dialog antara pemain PSAP dengan wasit. Tanpa diduga puluhan personil polisi menyerbu pemain PSAP. Sehingga duel tak seimbang antara pemain dengan polisi tak dapat dielakkan. Dalam perkelahian yang berlangsung 15 menit itu, para pemain PSAP dipukul baik dengan tinju, tendangan kaki serta dengan pentungan.
Akibatnya, Sayuti dan Reza Fandi harus mendapatkan perawatan medis setelah dipukul polisi. Namun, perkelahian itu berhasil dileraikan usai datang personil polisi lain yang dibantu TNI.
Ternyata, setelah dipukul anggota polisi, musibah untuk Arifin dkk tak begitu saja berakhir. Pasalnya, ketika pemain PSAP menuju ke arah bench, ribuan penonton yang memadati tribun utama langsung beraksi. Kali ini, anak-anak Sigli dilempari botol minuman mineral, batu-batuan plus benda-benda tajam.
Lemparan dari penonton seperti dibiarkan oleh petugas keamanan di Stadion Beringin. Di tengah hujan lemparan, Pengawas Pertandingan (PP), Khairul Agiel memanggil ofisial dari kubu PSAP Sigli, agar permainan bisa dilanjutkan di babak kedua. Praktis, selama masa jeda, Ikhwani cs tak bisa beristirahat setelah bermain selama 45 menit.
Sebelumnya, ketika perangkat pertandingan yang sengaja mengerjai tim tamu. Arsitek tim PSAP, Anwar langsung mendatangi PP Khairul Agiel dan juga asisten wasit, Dwi Wiratmoko meminta supaya wasit Noviar memimpin dengan fair. Ternyata, permintaan itu tak direspon.
Seperti telah diprediksikan, pertandingan petang kemarin tak lepas dari buruknya kepemimpinan wasit Noviar Ikhsan. Dibantu dengan dua hakim garis, Dwi Wiratmoko dn Dinan Lazuardi, mereka seperti cukup kompak untuk mengerjai PSAP. Setiap serangan Osas Saha dkk ke arah tuan rumah langsung diangkat bendera off-side. Sehingga, aksi dari perangkat pertandingan membuat pemain PSAP frustasi.
Di tengah kefrustasian itu, tuan rumah melalui striker asing asal Argentina, Leonardo Adrian Veron sukses membobol gawang PSAP yang dijaga Agus Rohman. Pasca gol itu, Agus Rohman terpaksa ditarik ke luar karena tangannya mengalami terkilir akibat diinjak oleh Veron.
Pelatih PSAP, Anwar mempercayakan Fakhrurrazi menjadi kiper kedua. Sehingga pada menik ke-34 gawang PSAP kembali bobol. Kali ini, gol kedua lahir dari tandukan mantan pemain PSAP, Gbeneme Friday usai memanfaatkan umpan Ricky Ohorella.
Memasuki babak kedua, kepemimpinan wasit Noviar Ikhsan tidak juga berubah. Sebaliknya dua hakim garis, Dwi Wiratmoko beserta Dinan Lazuardi lebih memilih untuk bersikap fair. Namun, perubahan itu tetap menyulitkan Bustami dkk untuk mencetak gol.
Sebenarnya, pada babak kedua, anak-anak Sigli bisa tampil dominan. Bahkan, di 45 menit itu, tim PSAP memiliki tiga peluang emas yang seharusnya menjadi gol. Kans itu diperoleh Osas Saha, Sayuti plus Ikhwani. Misalnya, tendangan Ikhwani dalam kotak penalti membentur tiang gawang Agus Salim Takwin, kiper Persih Tembilahan.
Setelah pertandingan selesai, ternyata suporter tuan rumah masih saja melakukan aksi melempar terhadap pemain PSAP. Persisnya, saat Pondra dkk sedang naik ke bus untuk pulang ke hotel. Tiba-tiba, ratusan penonton melempar bus. Aksi tersebut membuat kaca bus pun menjadi pecah.
Melihat kondisi tak menguntungkan, Pelatih Anwar meminta anak-anak untuk kembali ke lapangan. Usai mendapat pengawalan dua truk polisi dan POM, anak-anak Sigli baru kembali ke penginapan.
Di luar dugaan, ketika pemain PSAP, ofisial dan Pelatih PSAP, Anwar plus asisten, tiba di Hotel Nuriah Tembilahan, pendukung tuan rumah malah mengepung penginapan PSAP. Aksi pengepungan itu baru berakhir pada pukul 20:30 WIB. Menyusul aksi suporter tuanrumah, maka polisi harus menempatkan anggotanya untuk menjaga pemain PSAP.
Peristiwa pemukulan Wahyudi dkk petang kemarin setidaknya mengulang tragedi tahun 2007. Kala itu, PSAP masih bermain di level kompetisi divisi I. Ketika itu, tawuran terjadi antara pemain tim PSAP dengan penonton usai pertandingan.
Tawuran saat itu dipicu setelah pemain bawah PSAP asal Makassar, Gandy dikeroyok penonton. Tak terima perlakukan penonton, pemain PSAP semisal Tarmizi Rasyid, Hendra Saputra, Helmi Daud, Mulyadi, serta yang lain balik melakukan perlawanan. Dalam pertandingan ketika itu, PSAP kalah 0-1 setelah gol Helmi Daud dianulir wasit. (naz)
bagi para pengunjung yang berbaik hati kepada kelangsungan blog ini,,,ingat, membantu blog ini tidak merugikan anda,,, harap klik salah satu iklan dibawah