| Seorang ibu dan anak balitanya mengungsi pasca gempa bumi di Aceh, Rabu (11/04) |
Ahli seismologi mengatakan gempa
besar yang mengguncang Sumatera pekan ini adalah peristiwa yang hanya
terjadi 2.000 tahun sekali dan meski dampak kerusakan tidak terlalu
besar, gempa tersebut meningkatkan risiko tsunami besar di kawasan
tersebut.
Gempa berkekuatan 8.5 dan gempa susulan
sesudahnya adalah gempa jenis "strike-slip" dan merupakan tipe terbesar
yang tercatat dalam sejarah, kata Kerry Sieh, Direktur Earth Observatory
di Singapura.
"Gempa itu sangat besar dan peristiwa yang jarang terjadi," kata Sieh pada kantor berita Reuters.
"Selain itu gempa susulannya juga merupakan
gempa susulan terbesar kedua di dunia," kata Sieh yang telah melakukan
penelitian seismik di Sumatera selama bertahun-tahun.
Gempa strike-slip adalah gerakan horisontal
akibat lempeng-lempeng bumi yang saling bertabrakan dan tidak memiliki
kekuatan sebesar gerakan vertikal. Gempa kategori ini juga tidak memicu
tsunami atau gelombang tinggi.
Pada 2004, gempa berkekuatan 9.1 mengguncang Aceh dan wilayah Sumatra lainnya, menewaskan 230 ribu orang di 13 negara.
Sumatera, pulau terbarat Indonesia, memiliki
sejarah gempa besar serta tsunami yang dipicu oleh pesisir pantai di
sepanjang pulau tersebut, dimana lempengan tektonik India-Australia
berada di bawah lempengan Eurasia.
Hal ini menciptakan palung laut dalam karena setiap lempengan menyusup ke bawah lempengan lainnya sebanyak 1cm per tahun.
Pada zona yang disebut dengan Sunda megathrust
ini, tekanan meningkat ketika lempengan India-Australia membengkokkan
lempengan Eurasia seperti papan pelontar saat lempengan itu bergerak
memasuki kerak bumi.
Akhirnya ketika tekanan mencapai titik tertentu, ujung lempengan Eurasia tiba-tiba terpental ke atas dan memicu gempa bumi.
Gerakan mendadak ini membuat permukaan laut naik dan volume air laut yang besar mengakibatkan terjadinya tsunami.
Risiko gempa
Sieh mengatakan gempa yang terjadi Selasa lalu
kemungkinan besar meningkatkan tekanan di batas-batas lempengen dekat
Aceh dan menambah potensi gempa dengan kekuatan serupa seperti 2004.
Penelitian Sieh yang telah dipublikasikan pada
2010 menunjukkan bahwa gempa delapan tahun lalu hanya melepaskan separuh
saja dari tekanan yang tersimpan selama ratusan tahun di sepanjang
garis Sunda megathrust yang mencapai 400 km.
Hal itu menyebabkan risiko terjadinya gempa besar di Sumatra hanya tinggal menunggu waktu.
Pada 2008, Sieh dan kolega-koleganya juga sudah
menemukan bahwa 700 km bagian Sunda megathrust berada dibawah kepulauan
Mentawai.
"Saya sangat yakin bahwa kita akan menyaksikan
sebuah gempa besar di Mentawai dalam beberapa dekade mendatang dan
kekuatan gempa itu akan setara dengan gempa yang baru saja terjadi,"
kata Sieh