Ramadhan Untuk Kemajuan Bangsaku

Ramadhan Untuk Kemajuan Bangsaku

Oleh: Istiqamah
Kemajuan bangsa ditentukan oleh tegaknya moral penduduknya dan runtuhnya bangsa disebabkan oleh runtuhnya moral penduduknya. Namun, seringkali kita ingin menegakkan moral bangsa, tetapi kitalah yang membuat moral itu mustahil untuk ditegakkan. Ramadhan membantu kita merekonstruksi moral bangsa yang berantakan. -Prof Dr Syahrin Harahap, MA-
Mari kita diskripsikan beberapa persoalan bangsa belakangan ini. Bukan lagi rahasia jika indonesia adalah salah satu negara yang memiliki kasus korupsi terbersar di dunia, dari Gayus sampai Nazarudin. Seorang ibu yang mengeluhkan pelayanan medis yang kurang baik malah dipersalahkan karena keluhannya yang sebenarnya keluhan tersebut justru membangun pihak rumah sakit jika ditanggapi dan diperbaiki. Belum lagi  tauran yang terjadi antar siswa sampai menelan korban jiwa. Aksi demo baik mahasiswa maupun masyarakat yang memblokir jalan atas nama membela hak dan keadilan, merampas hak orang lain menggunakan jalan umum, bahkan sampai menginjak foto petingginya yang  sebenarnya sama saja menginjak bangsa sendiri. Dan bebagai persoalan bangsa lainnya. Jika semua persoalan bangsa disatukan maka masalah indonesia saat ini adalah masalah “moral”sebagaimana kutipan dalanm ungkapan Syahrin Harahap diatas.
Sebenarnya moral kitalah yang membuat bangsa bermasalah. Mari kita ambil contoh moral yang terjadi di luar negri. Tidak usah jauh-jauh, malaysia negri tetangga, jika mobil kita tiba-tiba mogok di pinggir jalan, kita tinggalkan saja, dijamin tidak akan hilang. Seorang teman dari Taiwan bercerita pernah ketinggalan hand phone disebuah taman, namun hand phone tersebut langsung diantarkan oleh polisi ke kediamannya, karena seseorang yang menemukan hand phone tersebut langsung menyerahkan pada polisi. Belum lagi kita bercerita tentang jepang dan negara maju lainnnya. Mungkin sebagian dari kita akan berpendapat, “ya iya lah.. hidup mereka memang sudah makmur, pantas saja kalau mereka jujur.” Nah, mana duluan telur atau ayam?, nunggu makmur dulu baru jujur atau jujur dulu baru makmur?. Kalau kejujuran menandakan kemakmuran dan kemajuan suatu negara. Maka logikanya gampang saja, cukup dengan bersikap jujur, maka bangsa kita akan maju, setidaknya “dianggap maju”. Menurut penuturan Bapak Shalahuddin Wahid, untuk memandang duniawi tidak berlebih-lebihan, perlu moral dan etika yaitu pengendalian dalam diri kita. Akhlak itu intinya kejujuran. Jujur terhadap Tuhan, Jujur terhadap alam, Jujur terhadap manusia, Jujur terhadap praktek budi pekerti. Di bulan ramadhanlah kita dapat berlatih diri membiasakan kebajikan tersebut.
Indonesia memang bukan negara islam, namun tidak bisa dipungkiri bahwa dominasi penduduk indonesia adalah islam, bahkan kebanyakan para petinggi dan pemimpinnya sekalipun adalah islam. Sehingga bagi bangsa indonesia dampak bulan ramadhan bukan hanya sekedar bagi sebagian penduduknya yang beragama islam saja, tapi ramadhan berdampak pada bangsa indonesia pada umumnya. Karena itu pula, suasana ramadhan begitu terasa di indonesia, terutama lewat media yang secara tiba-tiba saja memberi hiburan yang katanya islami, yang kenyataannya justru haha hihi. Media justru memberi hiburan melalaikan yang jika diperhatikan malah jauh dari nilai-nilai islam. Berbaur antara laki-laki dan perempuan, perempuan yang tidak menggunakan jilbab, atau berjilbab namun seperti tidak berjilbab karena tetap saja auratnya kelihatan. Ramadhan bukanlah untuk diisidengan hiburan-hiburan kondang yang saat ini media menamakannya islami. Konser islami, ngabuburit dengan hura-hura dan sebagainya. Ramadhan adalah bulan pengampunan, bulan yang dinanti, Marhaban yaa Ramadahan, selamat datang wahai ramadhan adalah sebuah ungkapan penantian akan bulan pengampunan. Di bulan ramadhan seharusnya kita meningkatkan amal dengan ibadah. Memperbaiki ruhiah kita, menekan nafsu, melupakan gejolak dunia, bulan yang mengharuskan kita berbagi. Ramadhan untuk bangsa adalah membantu kita merekonsturksi moral yang saat ini menjadi masalah terbesar bangsa. Jika kebiasaan bulan ramadhan telah terpatri, maka masalah moral akan teratasi, jangankan untuk korupsi, mencuri mangga saja tidak berani.
Menurut ustad Syed Hasan Alatas, ramadhan adalah bulan yang banyak mengandung hikmah didalamnya. Alangkah gembiranya hati mereka yang beriman dengan kedatangan bulan ramadhan. Bukan sahaja telah diarahkan menunaikan ibadah selama sebulan penuh dengan balasan pahala yang berlipat ganda, malah dibulan ramadhan Allah telah menurunkan kitab suci Al-Qurankarim yang menjadi petunjuk bagi seluruh manusia dan untuk membedakan yang benar dan yang salah. Di bulan ramadhan, umat islam diwajibkan untuk berpuasa. Puasa menurut syariat ialah menahan diri dari egala sesuatu yang membatalkannya (seperti makan, minum, hubungan kelamin, dan sebagainya), semenjak terbit fajar sampai terbenam matahari, dengan disertai niat ibadah kepada Allah, karena mengharapkan redho-Nya dan menyiapkan diri guna meningkatkan Taqwa kepada-Nya. Puasa ramadhan akan membersihkan rohani kita dengan menanamkan perasaan sabar, kasih sayang, pemurah, berkata benar, ikhlas, disiplin, terhindar dari sifat tamak dan rakus, dan lain sebagainaya. Sikap seperti ini adalah wujud moral yang harus dimiliki bangsa untuk maju. Haus akan kebenaran dan hina akan kesalahan.
Puasa melatih kita untuk menahan haus dan lapar, mendidik untuk merasakan bagaimana perasaan seorang fakir yang kelaparan. Karenanya, ramadhan adalah bulan yang menyamaratakan. Jika perasaan sama rata ini tersampaikan, maka tidak ada lagi penduduk kota yang memiliki lahan luas dengan bangunan-bangunan tinggi yang tak terisi  dan penduduk pingiran yang sempit dengan bangunan kumuh namun begitu padat. Jika semua telah sama rata, maka jadilah sperti pada masa kekhalifahan Umar, bingung mencari kemana lagi harta harus diinfaqkan, karena kemakmuran rakyat telah sama rata.
Ramadhan oh Ramadhan, seandainya ramadhan dimanfaatkan sebagaimana semestinya maka persoalan bangsa manakah yang harus kita khawatirkan?. Ketika hikmah puasa di bulan ramadhan tergapai, moral bangsa terekonstuksi, paham bangsa menuju pada sikap dan nilai-nilai dasar islam. Namun yang penting diingat adalah tanggung jawab ibadah dalam islam baik dibulan ramadhan maupun dibulan yang lain bukanlah pada bangsa, tapi tanggung jawab kewajiban ibadah kepada Allah SWT. Ketakutan salah dan dosa adalah wujud ketaqwaan kepada Allah SWT, bukan kepada hukum penjara, karenanya akhlak dan moral tersebuat lebih utuh dan ikhlas. Bukan sebuah pemaksaan yang menimbulkan pemberontakan jiwa yang justru membawa kepada kerusakan moral. Mari sambut Ramadhan menuju rekonstruksi moral untuk kemajuan bangsa.

Share this