Jika Anda melintasi jalan raya Banda Aceh-Medan — dari arah Medan menuju Banda Aceh—di sekitar Km 14 sebelum memasuki kota Banda Aceh, tepatnya di simpang Desa Aneuk Galong, Kecamatan Sukamakmur, Aceh Besar, di sisi kiri akan terlihat sebuah monumen pesawat tempur jenis Hawk 200, milik TNI Angkatan Udara.Monumen pesawat tempur itu dipasang di atas tugu Maimun Saleh, yang dimaksudkan untuk mengenang jasa Maimun Saleh sebagai penerbang pertama asal Aceh.
Maimun Saleh gugur pada 1 Agustus 1952 dalam usia 25 tahun akibat kecelakaan pesawat intai di Pangkalan Udara Semplak, Bogor, Jawa Barat.Monumen pesawat tempur ini sengaja ditempatkan di Aneuk Galong karena Maimun Saleh lahir di desa ini. Pendirian monumen itu tak lepas dari inisiatif Marsekal Udara Teuku Syahril, putra Aceh kelahiran Montasik Aceh Basar, yang pada 2008 menjabat sebagai Komandan Operasi Angkatan Udara I. Desa Aneuk Galong dan Desa Montasik tempat kelahiran Teuku Syahril tidak berjauhan.Nama Maimun Saleh, selain diabadikan pada tugu di simpang Aneuk Galong, juga telah diabadikan pada bandara militer Lhoknga Aceh Besar.
Setelah lapangan terbang Lhoknga tidak digunakan lagi, karena telah dibangun Bandara Blang Bintang yang sekarang bernama Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM), maka nama Maimun Saleh kemudian diabadikan pada lapangan terbang Cot Bak U di Sabang. Selain itu, nama Maimun Saleh juga diabadikan sebagai nama jalan di pusat perbelanjaan Peunayong, Banda Aceh.
Pemasangan Tugu Pesawat, Simpang Aneuk Galong, Montasik.Pesawat tempur Hawk-200 buatan Inggeris, pada 1980-an yang dijadikan monumen atas tugu itu adalah pesawat tempur utuh dan asli. Hanya saja, pesawat ini tidak bisa lagi dipergunakan karena beberapa bagian badan pesawat ada yang sudah retak.Atas usaha Marsekal Teuku Syahril dengan berbagai perjuangan yang membutuhkan waktu, akhirnya pesawat tersebut berhasil diboyong ke kampung Maimun Saleh untuk dijadikan monumen yang berjarak hanya sekitar 200 meter rumah Maimun Saleh sendiri.Maimun Saleh lahir 14 Mei 1929. Dia putra kedua dari lima bersaudara pasangan Tgk HM Saleh dan Aisyah, yaitu Tgk Hasballah, Maimun Saleh, Abasyah, Hadisyah dan Tgk Faisal. Maimun Saleh menempuh pendidikan di sekolah Taman Siswa dan sekolah menengah Islam di Koetaradja (sekarang Banda Aceh). Tahun 1949 Maimun diterima menjadi murid penerbang di Koetaradja.
Pemasangan Tugu Pesawat, Simpang Aneuk Galong, Montasik.Pesawat tempur Hawk-200 buatan Inggeris, pada 1980-an yang dijadikan monumen atas tugu itu adalah pesawat tempur utuh dan asli. Hanya saja, pesawat ini tidak bisa lagi dipergunakan karena beberapa bagian badan pesawat ada yang sudah retak.Atas usaha Marsekal Teuku Syahril dengan berbagai perjuangan yang membutuhkan waktu, akhirnya pesawat tersebut berhasil diboyong ke kampung Maimun Saleh untuk dijadikan monumen yang berjarak hanya sekitar 200 meter rumah Maimun Saleh sendiri.Maimun Saleh lahir 14 Mei 1929. Dia putra kedua dari lima bersaudara pasangan Tgk HM Saleh dan Aisyah, yaitu Tgk Hasballah, Maimun Saleh, Abasyah, Hadisyah dan Tgk Faisal. Maimun Saleh menempuh pendidikan di sekolah Taman Siswa dan sekolah menengah Islam di Koetaradja (sekarang Banda Aceh). Tahun 1949 Maimun diterima menjadi murid penerbang di Koetaradja.
Pada 1950 dia dipindahkan ke sekolah penerbang di Kalijati Jawa Barat, dan 1 Februari 1951 berhasil memperoleh ijazah sebagai penerbang kelas 3.Setelah itu, Maimun Saleh masuk Skuadron IV (pengintai darat) dan turut serta dalam semua operasi yang dijalankan oleh skuadron ini. Namun maut tak dapat disangka. Pada Jumat, 1 Agustus 1952, Sersan Maimun Saleh yang sedang menerbangkan pesawat intai Auster IV-R-80 mengalami kecelakaan di Pangkalan Udara Semplak Bogor pukul 09.25 WIB. Maimun gugur dalam kecelakaan itu.
Atas prakarsa Teuku Syahril, pembangunan monumen pesawat tempur di atas tugu Maimun Saleh, selain untuk mengenang jasa penerbang pertama dari Aceh, juga sebagai bentuk terima kasih dan ikatan batin antara Angkatan Udara dan masyarakat Aceh. Ini juga terkait dengan jasa masyarakat Aceh yang menyumbangkan pesawat terbang pertama RI-001 Seulawah kepada Indonesia sebagai modal awal saat Indonesia baru merdeka.Prosesi peletakan pesawat tempur Hawk-200 di atas Tugu Maimun Saleh dilakukan Januari 2008, dan dipimpin Danlanud SIM, Letkol Pnb Fachri Adami.Menurut Fachri, pesawat tempur yang dijadikan monumen itu pesawat asli, bukan replika, termasuk empat amunisi yang terdapat di atas sayap pesawat.
Hanya saja, pada amunisi itu detonator dan peluru ledakannya tidak dipasang lagi.Jet tempur itu sendiri sebenarnya sudah dibawa ke Aceh pada 2003, setelah pesawat mengalami kecelakaan saat melakukan penerbangan di Pekanbaru, Riau. Dalam kecelakaan itu beberapa bagian badan pesawat retak dan tak bisa diterbangkan lagi.Masyarakat Aceh patut berbangga hati, karena satu-satunya daerah yang menerima pesawat tempur untuk dijadikan monumen adalah Aceh. Dengan demikian Aceh sekarang memiliki tiga monumen pesawat, yaitu monumen pesawat RI-001 Seulawah di Blang Padang (Banda Aceh), monumen pesawat tempur Hawk-200 di Tugu Maimun Saleh, dan pesawat jenis A4 SkyHawk TT-0435 buatan Amerika dari Skuadron 11 Makassar yang sekarang ditempatkan di apron Lanud Iskandar Muda Blang Bintang, Aceh Besar sebagai monumen kedirgantaraan.
Peresmian monumen pesawat tersebut oleh Marsekal Muda TNI Eddy Suyanto ST pada 24 September 2010. Oleh: H Harun Keuchik Leumiek, analisadaily.com
Peresmian monumen pesawat tersebut oleh Marsekal Muda TNI Eddy Suyanto ST pada 24 September 2010. Oleh: H Harun Keuchik Leumiek, analisadaily.com
View the original article here