Terjadinya gempa pada Rabu (11/4/2012) yang lalu menyebabkan banyak
masyarakat dan para pakar konspirasi internasional menduga jika gempa
yang terjadi di siang hari itu diakibatkan oleh fasilitas penelitian
HAARP (High Frequency Active Auroral Research Program) yang dimiliki
oleh Amerika Serikat.
Lalu, benarkah hal itu?
Professor for Spatial Information System Dr. Ing. Fahmi Amhar membantah hal tersebut. Menurut Dr. Ing. Fahmi Amhar fasilitas HAARP di AS itu tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk menciptakan gempa bumi di sebuah daerah.
“Energi yang dibutuhkan sebuah gempa untuk menggoyang area seluas 100 km x 100 km dengan ketebalan kerak bumi 30 km sejauh 1 meter adalah lebih dari 3 x 10^18 Joule. Pada gempa 2004, kerak bumi bergeser kira-kira 4 meter!
Energi ini setara dengan 35.000 bom atom Hiroshima (@ 20 kilo ton – TNT, yang setara dengan 4.2 Mega Joule/kg), atau 70 bom Hidrogen (@ 10 Megaton – TNT), atau lebih dari semilyar kali lipat energi yang dimiliki seluruh fasilitas HAARP,” ujarnya di akun Facebook.
“Jadi, teori konspirasi yang menyatakan bahwa gempa 8.5 SR di Aceh 11 April 2012 lalu disebabkan oleh percobaan nuklir AS ataupun oleh senjata HAARP, adalah BOHONG belaka!!” lanjut peneliti pada Badan Informasi Geospasial (BIG) ini.
Pria yang juga kerap disapa Ustadz Fahmi Amhar ini juga menyinggung para peneliti teori konspirasi yang sibuk memikirkan pada HAARP atau percobaan nuklir kapal selam AS atau program depopulasi, tanpa dapat berpikir “apa yang bisa saya perbuat ke depan untuk mereduksi risiko bencana, seperti bencana gempa 11 April lalu.
“Ayo, kita bekerja keras mereduksi risiko bencana, dan tidak sekedar menyalahkan orang lain dengan alasan ada konspirasi, sehingga kita jadi malas merubah diri kita. Padahal Allah tak akan mengubah nasib kita selama kita tidak merubah apa yang ada pada diri kita,” pungkasnya.
Sekilas Tentang HAARP
HAARP (High frequency Active Aural Research Program) adalah sebuah proyek bersama antara Angkatan udara AS, Angkatan Laut AS, Universitas Alaska dan DARPA (Defense Advances Research Projects Agency). Proyek ini dimulai pada tahun 1993 dan diproyeksikan untuk berlangsung selama 20 tahun.
Fasilitas proyek ini terletak di Alaska, tepatnya di wilayah Gakona. Tujuan resminya adalah untuk :”menyediakan sebuah fasilitas untuk mengadakan eksperimen mengenai fenomena ionosfer yang akan digunakan untuk menganalisa karakternya dan mengembangkan teknologi pemutakhirannya untuk tujuan komunikasi dan pengintaian.”
Namun menurut sebagian orang, ada sesuatu yang lebih besar sedang dilakukan di tempat ini. Yaitu pengembangan senjata pemusnah massal. HAARP disebut mampu menciptakan banjir dengan memanipulasi penguapan air, mampu menciptakan badai dan bahkan gempa bumi. Dengan kemampuan ini, tentu saja itu berarti Amerika akan mampu menciptakan bencana kelaparan di wilayah yang diinginkannya
Lalu, benarkah hal itu?
Professor for Spatial Information System Dr. Ing. Fahmi Amhar membantah hal tersebut. Menurut Dr. Ing. Fahmi Amhar fasilitas HAARP di AS itu tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk menciptakan gempa bumi di sebuah daerah.
“Energi yang dibutuhkan sebuah gempa untuk menggoyang area seluas 100 km x 100 km dengan ketebalan kerak bumi 30 km sejauh 1 meter adalah lebih dari 3 x 10^18 Joule. Pada gempa 2004, kerak bumi bergeser kira-kira 4 meter!
Energi ini setara dengan 35.000 bom atom Hiroshima (@ 20 kilo ton – TNT, yang setara dengan 4.2 Mega Joule/kg), atau 70 bom Hidrogen (@ 10 Megaton – TNT), atau lebih dari semilyar kali lipat energi yang dimiliki seluruh fasilitas HAARP,” ujarnya di akun Facebook.
“Jadi, teori konspirasi yang menyatakan bahwa gempa 8.5 SR di Aceh 11 April 2012 lalu disebabkan oleh percobaan nuklir AS ataupun oleh senjata HAARP, adalah BOHONG belaka!!” lanjut peneliti pada Badan Informasi Geospasial (BIG) ini.
Pria yang juga kerap disapa Ustadz Fahmi Amhar ini juga menyinggung para peneliti teori konspirasi yang sibuk memikirkan pada HAARP atau percobaan nuklir kapal selam AS atau program depopulasi, tanpa dapat berpikir “apa yang bisa saya perbuat ke depan untuk mereduksi risiko bencana, seperti bencana gempa 11 April lalu.
“Ayo, kita bekerja keras mereduksi risiko bencana, dan tidak sekedar menyalahkan orang lain dengan alasan ada konspirasi, sehingga kita jadi malas merubah diri kita. Padahal Allah tak akan mengubah nasib kita selama kita tidak merubah apa yang ada pada diri kita,” pungkasnya.
Sekilas Tentang HAARP
HAARP (High frequency Active Aural Research Program) adalah sebuah proyek bersama antara Angkatan udara AS, Angkatan Laut AS, Universitas Alaska dan DARPA (Defense Advances Research Projects Agency). Proyek ini dimulai pada tahun 1993 dan diproyeksikan untuk berlangsung selama 20 tahun.
Fasilitas proyek ini terletak di Alaska, tepatnya di wilayah Gakona. Tujuan resminya adalah untuk :”menyediakan sebuah fasilitas untuk mengadakan eksperimen mengenai fenomena ionosfer yang akan digunakan untuk menganalisa karakternya dan mengembangkan teknologi pemutakhirannya untuk tujuan komunikasi dan pengintaian.”
Namun menurut sebagian orang, ada sesuatu yang lebih besar sedang dilakukan di tempat ini. Yaitu pengembangan senjata pemusnah massal. HAARP disebut mampu menciptakan banjir dengan memanipulasi penguapan air, mampu menciptakan badai dan bahkan gempa bumi. Dengan kemampuan ini, tentu saja itu berarti Amerika akan mampu menciptakan bencana kelaparan di wilayah yang diinginkannya